Dampak Konflik Berkepanjangan Pasar Turi, Ada yang Alih Profesi Jadi Sopir hingga Nganggur

Dampak Konflik Berkepanjangan Pasar Turi, Ada yang Alih Profesi Jadi Sopir hingga Nganggur Robi, salah satu pedagang Pasar Turi yang kini beralih profesi menjadi sopir.

“Mau lamar kerjaan juga bingung kerja apa. Akhirnya ya begini nganggur, paling ngurus rumah,” tuturnya.

Ibu dua anak yang selama ini jadi tumpuan ekonomi keluarga itu tak menyangka, yang dulu sangat ramai dan menjadi pusat grosir terbesar di kawasan Indonesia Timur ternyata berubah drastis. Megahnya gedung baru yang dibangun pasca kebakaran tahun 2007 tak cukup memulihkan gairah jual-beli antara pedagang dan pengunjung.

“Sehari laku satu sudah syukur. Saya gak bisa ngarep dari situ lagi,” terangnya.

Yudia adalah salah satu pedagang grosir dan eceran yang awalnya punya harapan besar terhadap Baru. Tak pernah sedikit pun terbayang olehnya bakal kelam dan mati suri seperti sekarang. Sebab di benaknya kala itu, pemerintah kota dan semua pihak benar-benar ingin menghidupkan kembali , sehingga tak ada alasan untuk pesimis.

Namun, apalah arti jadi wong cilik, nasibnya banyak bergantung pada perhatian penguasa. Begitu hilang perhatian itu, maka pupuslah pula harapan mereka akan hidup yang lebih berdaya.

“Kepada siapa lagi saya mengeluh Mas. Sekarang gak ada yang perhatikan nasib kami. Sekarang aja lagi butuh uang buat bayar SPP anak tapi belum ada uang," pungkasnya.

Untuk diketahui, konflik seputar pengelolaan hingga saat ini belum menemui titik terang. Konflik melibatkan sejumlah pihak terutama antara Pemkot Surabaya dengan pengembang yang membuat, antara lain, izin operasional belum dikeluarkan dan revitalisasi pasar terhambat.

Belum dibongkarnya TPS hingga saat ini meski gedung Baru sudah selesai dibangun sejak 2014 silam jadi salah satu bukti mandeknya revitalisasi tersebut.

Kini, pedagang seperti terbelah dan terlantar di dua tempat. Ada yang berjualan di dalam gedung Baru, ada pula yang tetap bertahan di TPS tanpa hadirnya pihak yang mengkoordinir dan mewadahi kepentingan mereka.

Baik pedagang di dalam gedung baru maupun pedagang di TPS sama-sama menghadapi persoalan: sepinya pengunjung. (mdr/lan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO