Oleh: Dr. KH A Musta'in Syafi'ie M.Ag. . .
Tsumma radadnaa lakumu alkarrata ‘alayhim wa-amdadnaakum bi-amwaalin wabaniina waja’alnaakum aktsara nafiiraan (6).
BACA JUGA:
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Abu Bakar R.A., Khalifah yang Rela Habiskan Hartanya untuk Sedekah
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Momen Nabi Musa Berkata Lembut dan Keras kepada Fir'aun
- Tafsir Al-Anbiya 48-50: Fir'aun Ngaku Tuhan, Tapi Tak Mampu Melawan Ajalnya Sendiri
- Tafsir Al-Anbiya' 41-43: Arnoud Van Doorn, Petinggi Partai Anti-Islam yang Justru Mualaf
Terkait pesan ayat sebelumnya yang menunjuk betapa bangsa Israel berperilaku super kejam kepada umat Islam, lalu Allah SWT mengutus orang-orang terpilih yang punya kemampuan dahsyat (ibaadan lanaa ulii ba'sin syadiidin). Kelompok ini lantas menghabisi bangsa Israel, bahkan men-sweeping hingga ke lorong-lorong kota dan gang-gang kecil.
Di sini, kita harus yakin bahwa pertolongan Tuhan itu pasti datang, entah apa bentuknya. Bangsa Israel sendiri sama sekali tidak menduga kalau dirinya bisa dihabisi oleh bangsa lain. Ini juga pelajaran bagi nonmuslim yang jahat, bahwa kekuatan manusia itu terbatas. Di atas kekuatan manusia, ada kekuatan Tuhan.
Apa yang dilakukan Tuhan tersebut adalah wujud kepedulian-Nya terhadap kemakmuran umat manusia, sekaligus ekpresi kebencian-Nya terhadap setiap tindakan arogan dan kebrutalan. Kemudian keadaan berbalik, "tsumma radadnaa lakumu alkarrata ‘alayhim". Umat islam menjadi unggul dan berjaya.
Tidak hanya itu, umat islam diberkahi dengan servis duniawi yang berlimpah, seperti panen raya, peternakan dan pertambangan, "wa-amdadnaakum bi-amwaalin". Keluarga mereka sehat-sehat dan produktif. Generasi berikutnya dinamis dan berkualitas, sehingga negara kian kuat dan bangsa makin terhormat. "... wabaniina waja’alnaakum aktsara nafiiraan".