42 Pelajar SMK se-Indonesia Ikuti Jambore Petani Muda II PG

42 Pelajar SMK se-Indonesia Ikuti Jambore Petani Muda II PG Dirut PG Nugroho Christijanto bersama para siswa SMK peserta Jambore Petani Muda se-Nusantara.

GRESIK, BANGSAONLINE.com - PT Petrokimia Gresik (PG) sebagai anak perusahaan PT. Pupuk Indonesia (Persero) menggelar Jambore Petani Muda II selama 3 hari (19-21/7/2018).

Berbeda dengan tahun sebelumnya, jambore tahun ini diikuti 63 peserta yang terdiri dari 42 pelajar dan 21 guru pendamping dari 21 SMK pertanian dari berbagai daerah di Indonesia.

Direktur Utama PT. PG Nugroho Christijanto menyatakan, bahwa perusahaan memiliki komitmen dan arah kebijakan yang berorientasi pada agroindustri dan pertanian masa depan. Menurutnya, keberhasilan sektor agroindustri dan pertanian di Indonesia sangat tergantung pada peran generasi muda Indonesia.

"Salah satu upaya PG mendorong regenerasi petani adalah dengan melalui Jambore Petani muda," ujarnya usai membuka kegiatan Jambore Petani Muda II di Wisma Kebomas Gresik, Kamis (19/7/2018).

Jambore nasional Pelatihan Anak Tani Remaja (Patra) pertama kali digelar pada tahun 2014 silam. Sebelum akhirnya berganti nama menjadi Jambore Petani Muda pada tahun 2017. "Pada tahun 2016 tidak ada kegiatan jambore petani muda, hanya kegiatan sarasehan petani. Namun, masih dalam kerangka untuk mendorong regenerasi petani," paparnya.

"Dalam beberapa tahun terakhir, kami selalu mengumpulkan dan mengelar jambore petani muda dengan mengusung tema regenerasi petani. Isu ini kami anggap masih relevan dengan kondisi saat ini, perlu mendapat perhatian serius dari seluruh pihak terkait," imbuhnya.

Mengacu data Sensus Pertanian 2013, lanjut Nugroho, rumah tangga petani turun 20 persen dari 79,5 juta menjadi 63,6 juta, atau turun 15,6 juta rumah tangga. Hal ini kemudian diperparah dengan kondisi bahwa 61 petani Indonesia telah berusia lebih 45 tahun.

Dikatakan ia, ada beberapa faktor yang menyebabkan pertanian tak menarik bagi generasi muda adalah karena tingkat pendapatan yang rendah. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) rata-rata pendapatan rumah tangga petani hanya Rp 14 juta/tahun.

Hal ini di antaranya, disebabkan oleh panjangnya rantai tata niaga pertanian, rendahnya tingkat pendidikan, serta faktor usia yang menyebabkm rendahnya pemanfaatan teknologi pertanian.

Nugroho berpendapat bahwa selain upaya untuk meningkatkan akses dan kepemilikan lahan, pemanfaatan sarana dan prasarana serta kepastian pendapatan dan kebijakan harga yang baik untuk kesejahteraan petani, hal lain yang tak kalah penting adalah melangrang minat generasi muda untuk mau terjun dan berprofesi sebagai petani sukses.

Adapun alasan mengapa jambore pada tahun ini mengundang pelajar adalah bahwa Indonesia saat ini memiliki 977 SMK Pertanian. Mereka tentunya menyimpan potensi besar untuk menjadi penerus dan penggerak pertanian di masa akan datang.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO