Kematian Ulama Kurangi Keberkahan Bumi

Surat Al-Ra’d : 41

TAFSIR

Sebagai kelanjutan dari penuturan ayat sebelumnya (40), ayat studi ini berbicara soal kondisi fisik bumi yang “bulat”, tetapi tidak bulat penuh seperti bola sepak atau bola voly, melainkan ada pengurangan sedikit pada bagian ujungnya. “ naqushuha min athrafiha”.

Ilmuwan fisika mengunakan ayat ini sebagai dalil bahwa bumi kita ini berbentuk bulat, sedangkan pengurangan pada ujung tersebut atau tepos, pesok, blesek (bahasa Jawa) dipahami sebagai kondisi kutub, utara dan selatan. Allah a’lam.

Adalah Galilio Galiley, ilmuwan yang mengedepankan teori bumi bulat dengan sekian argumen. Pandangan itu berlawanan dengan pandangan gereja yang konvensional, bahwa bumi itu datar.

Akibatnya, Galilio dan pengikutnya harus mati di tiang gantungan. Di sinilah sejarah mencatat, bahwa ilmu pengetahuan pernah berhadapan dengan kekuasaan gereja yang keras, sehingga ilmu tidak punya ruang berkembang dan maju, meski akhirnya kebenaran ilmu yang menang dan diterima dunia.

Itulah rezim Gereja masa lalu yang tega menghabisi nyawa ilmuwan demi mempertahankan keyakinannya, meski salah. Pemasungan ilmu pengetahuan macam itu tidak pernah terjadi di dalam Islam. Semua yang diinformasikan oleh Alquran pasti benar dan aktual.

Alquran selalu memberi keleluasaan gerak ilmu dan mendorong kerja akademik yang cerdas hingga bisa menghasilkan temuan-temuan baru yang bermaslahah.

Soal siratan Alquran yang tidak terjangkau oleh ilmu pada saat ia turun, itu sama sekali bukan karena Alquran ngawur, melainkan soal waktu saja dan pasti akan terbukti telah tiba waktunya.

Bisa lewat kemajuan ilmu pengetahuan seperti isi kandungan ayat studi ini atau temuan fisik seperti jasad raja Fir’aun yang disebutkan bakal awet sebagai peringatan bagi umat mendatang.

Sejarah para khalifah terdahulu sangat menjunjung tinggi ilmu, sehingga para ilmuwan hidup sangat layak dari gajih tetap yang dianugerahkan pemerintah. Setiap temuan baru atau karya ilmiah ditulis dalam lembar khusus dengan spasi dan berasan huruf arab yang sudah ditentukan, lalu setiap halamannya dihargai dengan uang dinar yang fantastis.

Bahkan syair-syair pemujian terhadap Islam atau pribadi raja mendapat hadiah khusus. Pernah sekali terjadi hak sebagian penyair mendapat hadiah ditiadakan. Mereka menuntut dan pihak istana memberi penjelasan, bahwa hal itu karena kata-kata yang dipakai atau ide yang dikemukakan sudah pernah dipakai oleh penyair terdahulu.

Di sini jelas sekali, bahwa sudah ada kontrol ilmu dan karya ilmiah yang cukup ketat dari pemerintah, sehingga tidak terjadi tindak plagiat, mencontek karya orang lain. Harus baru dan original.

Imam Malik ibn Anas, tokoh madzhab Maliki konon asalnya sebagai guru agama biasa yang kondisi ekonominya cukup memprihatinkan. Dikisahkan, beliau pernah menjual kayu teras rumah untuk kebutuhan makan keluarga. Begitu dedikasinya dalam bidang ilmu amat terkenal, maka pemerintah menggajinya cukup, sehingga lahirlah karya ilmiah yang monumental, koleksi Hadis bertitel “ al-Muwatta’” yang menjadi rujukan banyak ilmu pengetahuan.

Selanjutnya, Islam memproduk banyak ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk matematika, fisika, astronomi dan sebagainya.

Kematian Ulama Kurangi Keberkahan Bumi

“.. anna na’ty al-ardl nanqushuha min athrafiha”. Tuhan mengurangi bumi pada sisi ujungnya. Pada paparan kemarin dikemukakan arti kata “athraf” secara fisis, sehingga kebulatan bumi tidak utuh seperti bola, melainkan sedikit berkurang (pesok) pada ujungnya dan menurut ilmu, memang begitu adanya. Allah a’lam.

Sisi lain dari makna “athraf” adalah pembesar, pemuka, ulama, atau orang-orang salih kenamaan. Artinya, Tuhan akan mengurangi pemuka-pemuka agama, para imam, orang-orang top yang punya jasa besar dalam memakmurkan bumi ini. Ulama, tokoh ternama banyak yang cepat dipanggil pulang menghadap-Nya.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO