Mengubah Jenis Kelamin Bayi degan Doa

Terjemahan Surat Al –Ra’d : 38 dan 39

Tafsir

Bahasan pada ayat ini tidak dimaksudkan untuk mempersoalkan status keluarga dua calon presiden kita, pak Prabowo dan pak Jokowi. Kita sama-sama mengerti bahwa pak Prabowo tidak punya istri dan pak Jokowi punya istri. Topik pada ayat kaji ini hanyalah kebetulan membahas para utusan Allah yang notabenenya manusia biasa, punya keluarga, istri, anak, mertua dan sebagainya.

Ayat ini turun disinyalir karena ada cemoohan dari orang-orang Yahudi terhadap diri nabi Muhammad AS yang punya banyak istri. Mereka mencemooh : ”Baru kali ini kami melihat ada seorang nabi yang di kepalanya terpenuhi nafsu seks melulu, hingga mengoleksi banyak wanita. Jika dia nabi beneran, maka pastilah sibuk dengan urusan tugas kenabian dan tidak sibuk ngurus perempuan siang malam”.

Kemudian ayat ini turun menegaskan, bahwa para Rasul terdahulu juga punya istri, anak dan keluarga. ” Wa ja’alna lahum azwaja wa dzurriyyah”. Lalu kenapa kalian mempersoalkan hal ini, apa itu perlu?.Selanjutnya Tuhan menegaskan, bahwa Rasul itu diutus untuk tugas mulia, menyampaikan pesan agama dan tidak satupun ada ayat suci yang disampaikan kepada publik kecuali atas izin Allah SWT.

Inilah yang utama, inilah yang paling pokok, yaitu tugas mengemban amanah sebaik-baiknya, bukan menyoal istri dan keluarga.

Memang, mayoritas para rasul berumah-tangga, punya keluarga, istri dan anak. Ada yang dikaruniai anak serba kembar, laki dan perempuan seperti pasangan nabi Adam A.S. dan ibu Hawwa. Hal itu untuk mempercepat pertumbuhan penduduk bumi. Ada yang dikaruniai anak laki-laki semua, seperti nabi Ya’qub A.S., ada yang perempuan semua seperti nabi Luth A.S. dan ada nabi yang tidak atau belum sempat menikah seperti nabi Isa A.S. dan nabi Yahya A.S. Nabi Isa dievakuasi ke langit saat digerebek para penjahat Yahudi dan nabi Yahya mati dibunuh secara sadis oleh kaumnya sendiri.

Ayat ini menyiratkan pesan agar umat Islam yang sudah berkelayakan harusnya menikah, seperti dicontohkan oleh para rasul. Perbuatan rasul adalah keteladanan sekaligus syari’ah yang mesti dipatuhi, karena pasti membuahkan amal terbaik. Debat ulama fikih soal hukum nikah telah terbukukan, dari yang mewajibkan dan yang mensunnahkan. Menikah adalah ibadah, menikah adalah menunaikan separo agama, menikah adalah benteng ketaqwaan dan sebagainya.

Kini persoalannya adalah, apakah pemimpin itu harus berkeluarga, harus punya istri ?. Allah a’lam. Rasanya Ulama fikih tidak mensyaratkan seorang pemimpin harus beristri. Andai ada yang mensyaratkan demikian, itu pasti sangat subyektif dan pribadi, bukan sebuah kesepakatan atau hasil konsensus akademik.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO