Ajak 'Diet' Kantong Plastik, ISC Bagi-bagi Tas Kain dari Kompos ke Pengunjung CFD

Ajak Pjs. Wali Kota Malang Wahid Wahyudi saat menyaksikan aktivis ISC Jatim memberikan edukasi kepada masyarakat akan bahayanya sampah plastik, Minggu (15/04).

MALANG, BANGSAONLINE.com - Sebanyak 800 tas belanja yang terbuat dari kain kompos dibagi-bagikan ke pengunjung Car Free Day (CFD) di Jl Ijen, Malang, Minggu (15/4). Kegiatan bagi-bagi tas kain ini diprakarsai oleh Indonesian Smilling Club (ISC) Jatim bekerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Malang.

Kegiatan ini digelar dalam rangka bakti sosial lingkungan bertema "Ayo Diet Kantong Plastik (kresek)". Pengunjung CFD diajak untuk mengurangi penggunaan kantong plastik (kresek) guna menyelamatkan lingkungan.

Kepala DLH Kota Malang Agus Edy P mengatakan ada sebanyak 150 personil gabungan yang dikerahkan, mulai dari personel DLH, pasukan kuning, kader lingkungan, kader F3R, dan tentunya aktivis lingkungan ISC. 

"Mereka disebar ke 5 titik lokasi seperti Jl. Wilis, Jl. Retawu, Jl. Pahlawan Trip, Jl. Semeru, Jl. Simp. Balapan," tuturnya.

"Pelaksanaan diet kantong plastik ini dikuatkan surat edaran Wali Kota Malang kepada OPD, ritel, dan masyarakat. Tujuannya agar kantong plastik diganti kantong kain, baik saat acara rapat maupun sewaktu belanja di ritel," imbuhnya.

Menurut Pjs. Wali Kota Malang Wahid Wahyudi, ada 3 poin penting di Kota Malang yang perlu penanganan serius, yakni kemacetan, sampah, dan banjir. Sementara sampah plastik sendiri memiliki andil penyebab banjir.

"Karena sampah plastik butuh waktu 100 atau 200 tahun, untuk menghancurkannya. Selain sulit dihancurkan, sampah plastik juga memberikan dampak negatif kepada lingkungan, merusak tatanan kehidupan biota laut jika dibuang ke laut, dan jika dibakar baunya lebih 20 kali lipat dari bau sampah biasa," kata Wahid.

Wahid mengungkapkan jika sampah di TPA Supiturang per harinya mencapai 630 ton. Dari jumlah tersebut, 30 persennya (190 ton) bisa diolah, sedangkan 70 persennya sampah tidak bermanfaat.

Untuk mengatasi hal ini, Pemkot Malang bekerjasama dengan negara Jerman dengan melebarkan TPA menjadi 15 hektare.  "TPA seluas itu akan mampu menampung 500 ton per harinya," kata Wahid.

"Kami dari aktivis lingkungan mobilisasi ke seluruh Jatim. Membantu pemerintah menekan peredaran kantong plastik lewat sosialisasi akan bahayanya sampah kantong plastik. Oleh sebab itu, pemerintah mesti segera membentuk regulasi dan membuat payung hukumnya," timpal Irene Suzana, Ketua ISC Jatim. (iwa/rev)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO