Pengamat Soal Debat Publik: Khofifah Tenang, Gus Ipul Tegang

Pengamat Soal Debat Publik: Khofifah Tenang, Gus Ipul Tegang Para kandidat Cagub dan Cawagub Jatim saat debat publik Pilgub Jatim di Dyandra Convention Center. foto : ist.

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Meski acara debat publik pilgub JawabTimur sudah berlalu 2 hari, namun debat antar kandidat itu masih menarik untuk diulas. Mochtar W. Oetomo, Direktur Surabaya Survey Center (SSC) menilai ekspresi bahasa tubuh paslon dalam debat Pemilihan Gubernur Jawa Timur 2018 patut dicermati. Kondisi itu menggambarkan kepekaan kandidat menyikapi permasalahan yang ada di Jawa Timur.

“Ada yang menarik jika kita bisa memperhatikan secara seksama tentang bahasa tubuh dari kedua paslon, yang bisa jadi sebenarnya adalah ekspresi dari kondisi psikis yang sebenarnya sedang dihadapi,” urai Mochtar, Kamis (12/4).

Menurut Dosen Universitas Trunojoyo Madura tersebut, ada beberapa poin penting yang berusaha ditunjukkan bahkan ditutupi dari kedua paslon dalam setiap sesi debat.

"Khofifah dengan sikap tenangnya secara umum tampil memukau memaparkan permasalah yang ada di Jatim secara detail sesuai konteks pembicaraan, Khofifah memadukan antara kecerdasan, penguasaan masalah dan ketenangan," tambahnya.

"Jika saja penampilan Khofifah dibarengin dengan aksentuasi, niscaya penampilannya akan sempurna. Mengimbangi Khofifah, Emil tampil dengan pernyataan dan punch-punch yang cerdas," tambahnya.

Mochtar melanjutkan bahwa hal tersebut berbanding terbalik dengan kondisi yang ada pada pasangan GI – Puti. GI yang sepanjang sesi nampak tegang, menyiratkan kurangnya percaya diri atas jawaban-jawaban yang dilontarkannya. Sedangkan Puti secara umum tampil canggung dan terlihat tidak telalu menguasai teknis permasalahan.

Hal ini diperkuat dengan gestur tubuh Puti yang cenderung banyak bergerak, bergoyang ke kanan dan ke kiri, mengisyaratkan bahwa ada yang dia khawatirkan dan seperti ingin agar sesi debat cepat selesai.

“Pernyataan-pernyataan GI – Puti cenderung normatif dalam penyampaian gagasan dan dalam menanggapi pernyataan juga pertanyaan. Ini menandakan GI – Puti play save, dan lebih dari itu kurang cakap menanggapi dan memberikan pushing yang mampu menarik perhatian publik,” tukas ayah dari dua anak itu.

Terpisah, pengamat politik dari Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Surokim Abdussalam menilai debat pertama di Pemilihan Gubernur Jawa Timur 2018 berjalan sangat baik. Acara yang berlangsung di Dyandra Convention Center Surabaya itu sangat seru karena berbasis data.

"Ini debat yang berkualitas dan termasuk kategori terbaik di Indonesia. Indikatornya debat berbasis data, menyangkut kebijakan strategis dan taktis operasional lumayan detail serta ada komitmen yang bisa dipegang," tutur Surokim.

Dia mengatakan, debat yang berlangsung malam tadi sesungguhnya adalah panggung bagi Emil Elistianto Dardak dan Puti Guntur Soekarno.

"Debat kemarin itu sesungguhnya adalah panggung debat para cawagub. Kedua cawagub bagus dan sama sama siap. saling bisa mengalahkan dalam setiap segmen. Sebagai pemilih saya bangga untuk keduanya," katanya.

Surokim menjelaskan, Emil Dardak punya kapasitas karena menguasai data. Dia mampu menjadi pelengkap Khofifah Indar Parawansa, dalam menjabarkan visi dan misinya membangun Jawa Timur.

"Mas emil punya keunggulan pada impresi penguasaan data dan operasional khususnya pada saat sesi melengkapi jawaban bu khofifah serta penjelasan dalam aspek teknis dalam tema digital dan milineal. Sayangnya terpancing pada sesi tanya jawab dan sedikit emosional saat di-attack," katanya.

Sementara itu, Puti Guntur Soekarno, menurut Surokim bisa tampil santai dan mampu menjaga irama, saat beradu argumen dengan kandidat lain. "Cawagub 2 mbak puti pandai mengatur waktu dan lebih santai serta full respect menjadi nilai plus," pungkasnya.

Meski demikian, dia menilai kedua kandidat punya keunggulan dan kelemahan masing-masing.

"Paslon cawagub 1 menang konsep, data dan komprehensivitas, cawagub paslon 2 menang wisdom dan respeknya. Keduanya layak dan pantas," pungkasnya. (mdr/rev)