Menpora Imam Nahrawi Raih Gelar Doktor Honoris Causa, Berikut Orasi Ilmiahnya

Menpora Imam Nahrawi Raih Gelar Doktor Honoris Causa, Berikut Orasi Ilmiahnya Menpora Imam Nahrawi

TEKAD RI H , S.Ag, M.PK, untuk terus menuntut ilmu perlu diteladani para pemuda. Baru bulan lalu - tepatnya 1 September 2017 - diwisuda sebagai sarjana S-2 pada Program Studi Magister Kebijakan Publik Universitas Padjadjaran di Grha Sanusi Hardjadinata, Bandung, kini (14/8/2017) ia dianugerahi gelar Doktor Honoris Causa (HC) oleh Univesitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya.

Saat diwisuda di Unpad pria asal Konang Blega Bangkalan Madura ini sudah bertekad untuk mengejar S-3. "Saya merasa perubahan pada diri saya sekarang bahwa sesungguhnya kita tidak ada kata mundur dalam kondisi dan situasi apapun untuk terus menambah ilmu pengetahuan. Nabi Muhammad bersabda tuntunlah ilmu sejak kita ada dalam kandungan ibu sampai kita kelak dipanggil Tuhan. Karena itu saya mengajak kepada adik-adik ku sekalian khususnya S1 untuk melanjutkan ke S2. Saya juga tidak patah arang untuk melanjutkan ke S3," tuturnya saat itu.

Untuk meraih gelar S-2 menulis tesis berjudul "Evaluasi Kebijakan Sistem Keolahragaan Nasional oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga (Studi Kasus Pengelolaan Sepakbola Nasional oleh Kemenpora dan PSSI)". Tapi untuk gelar Doktor HC ini ia menulis orasi ilmiah berjudul: Jihad Kebangsaan: Peran Pemuda dalam Konteks Keislaman dan Keindonesiaan.

”Saya merasa bahwa darma bakti yang harus saya persembahkan kepada negeri ini masih jauh dari apa seharusnya saya lakukan. Sebagai seorang Menteri Pemuda dan Olah Raga Republik Indonesia saya merasa tertantang untuk terus berbuat untuk Negara kita tercinta. Mengabdi tiada henti dan terus berjuang untuk negeri. Itulah cita-cita dan harapan kita bersama,” tulis dalam orasi ilmiahnya yang diterima HARIAN BANGSA dan bangsaonline.com.

Dalam orasi ilmiahnya mengulas soal peranan pemuda dalam konteks keislaman dan kebangsaan, tepatnya dalam perspektif etika Islam. ”Saya mendasarkan dan mendekatkan bangunan model tilikan etik-Islami dengan cara pandang yang dikembangkan oleh KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) melalui konsepnya “Pribumisasi Islam”,” tegas dia.

Dalam konsep tersebut, Gus Dur membangun upaya membumikan nilai-nilai etik Islam yang diproses dari substansi ajaran-ajarannya dalam setiap lini kehidupan. Misalnya, kaitan sikap toleransi, moderasi, berkeadilan serta komitmen untuk menjadi harmoni dengan semua pihak. Konsep ini lebih mengedepankan etika Islam dari pada formalisasi Islam.

RI ini menilai, peran pemuda sangat penting dan strategis bagi kontinuitas perubahan. ”Agama, khususnya Islam, memandang waktu muda adalah waktu yang sangat penting, mahal dan menentukan bagi proses selanjutnya sehingga layak dirawat dengan sebaik-baiknya,” ungkap sembari mengutip Hadits yang artinya: “manfaatkan 5 hal sebelum datang 5 hal lain: (1) mudamu sebelum tuamu, , (2) sehatmu sebelum sakitmu, (3) kayamu sebelum miskinmu (4) luangmu sebelum sibukmu, dan (5) kayamu sebelum miskinmu.”

Menurut dia, dalam sejarah kenabian, Nabi Muhammad mencapai derajat sebagai Nabi dan Rasul tidak datang secara tiba-tiba. Ada proses kehidupan yang bersifat manusiawi dilakukan oleh Muhammad sehingga ia layak menjadi Nabi terakhir (khatamu al-anbiya’).

Nahrawi juga mengingatkan tantangan pemuda sekarang. Diantaranya munculnya ideologi transnasional yang melibatkan anak-anak muda. ”Maraknya model keberagamaan transnasional yang mendengungkan khilafah, syariat Islam dan isu-isu formalisasi agama lainnya di berbagai daerah, khususnya kampus-kampus yang berbasis umum, menjadi persoalan besar, bagi proses keberagamaan di Indonesia yang memiliki ciri khas dengan bingkaian asas kebangsaan “bhinneka tunggal ika”,” tegas dia.

Menurut dia, banyak kalangan gerah dengan fenomena ini. Karena itu, pemerintahan Jokowi mengambil sikap tegas dengan membubarkan ormas-ormas bermasalah secara ideologis.

Ancaman lain, menurut Nahrawi, adalah penyalahgunaan narkoba, pornografi dan pornoaksi, pergaulan bebas, tawuran, dan lain-lain yang dapat merusak bangsa Indonesia, terutama generasi muda.

Ia minta agar generasi muda menjauhi narkoba. Menurut dia, tokoh-tokoh hebat yang telah berkontribusi besar bagi Indonesia, semuanya jauh dari penyakit sosial, termasuk minuman keras dan konsumsi narkoba. Ia menyebut nama-nama pejuang seperti KH.A. Wahid Hasyim, yang sangat cemerlang dan banyak menentukan perubahan bagi bangsa ini, jauh dari penyakit sosial.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO