Bendera Terbalik Tanda Lemahnya Ukhuwah

Bendera Terbalik Tanda Lemahnya Ukhuwah Dari kiri, Prof Suparto Wijoyo, Kol M Rifai serta Prof Imam Suprayogo saat memberikan paparannya saat diskusi kebangsaan ‘Oase Bangsa’ kepada audience. foto: YUDI ARIANTO/ BANGSAONLINE

SURABAYA, BANGSANOLINE.com - "Ukhuwah akan kita rajut dengan syarat semua sidiq, amanah dan fatonah. Bendera terbalik perlambang banyak yang lupa terhadap ukhuwah," kata Akademisi Universitas Airlangga Prof Dr Suparto Wijoyo, SH MHum, dalam acara bertajuk 'Oase Bangsa' yang digelar oleh Radio Suara Muslim di Hotel Garden Palace Jalan Yos Sudarso Surabaya, Rabu (23/8).

Pakar Hukum Unair ini juga menyinggung terkait pengagungan Negara Korea yang sempat tersebar di medsos melalui ponsel pintar beberapa hari lalu. Dalam tulisan itu, Korea yang lahir dua hari sebelum kemerdekaan Indonesia, yakni pada tanggal 15 Agustus di tahun yang sama, lebih maju di berbagai bidang daripada Indonesia.

“Korea betapa majunya industri negara ini, tapi bagi saya tidak hebat karena tidak mampu mendirikan satu bangsa,” jelas Suparto dengan menambahkan beberapa Negara lain seperti India yang terpecah dengan berdirinya Republik Demokratik Khasmir dan Negara Muslim Pakistan serta China menjadi RRT dan baru-baru ini para mahasiswanya berdemo ingin memisahkan diri dari China.

“Sehebat apapun mereka, tidak sehebat Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku, budaya, agama serta bahasa ini tapi mampu mendirikan satu Negara, yakni Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hal ini bisa terwujud karena salah satunya adalah yang memangku NKRI adalah Islam,” ungkapnya.

Menurutnya, ukhuwah bisa dibangun dan terwujud di Negara Republik Indonesia kalau ada satu pengertian antara yang mayoritas dengan minoritas. “Semua tahu 87 persen dari jumlah penduduk Indonesia ini adalah umat Islam,” jelasnya.

Selain Suparto, hadir pula menjadi narasumber yakni Prof Dr H Imam Suprayoga, Guru Besar UIN Maliki Malang serta Kol M Rifai, Kabintaldam V Brawijaya. Dalam kesempatan itu, Prof Imam menekankan pentingnya revolusi mental yang digaungkan oleh Presiden RI. “Revolusi mental itu terwujud kalau akhlaknya bagus, akalnya cerdas dan kerjanya profesional serta bagus, selesa sudah,” ucapnya.

Padahal, lanjutnya, pendidikan akhlak tidak mudah seperti yang diajarkan di bangku sekolah. Semakin tinggi jenjang pendidkan seseorang, semakin rendah pula akhlak yang dimilikinya. Ia lalu mencontohkan akhlak anak PAUD dan TK nilainya lebih tinggi dari anak SMA ke atas.

“Yang paling jujur adalah anak-anak PAUD dan TK. Mereka langsung bilang kalau ditanya uang jajannya ada berapa. Beda kalau proyek yang dipegang anak-anak S2 yang akan potong sana sini,” kelakarnya disambut tawa hadirin.

Diskusi kebangsaan yang mengusung tema 'Merajut Ukhuwah Meneguhkan Kedaulatan Bangsa' ini juga melibatkan HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com serta BIOSTV sebagai media partner. (ian)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO