Terus Operasi, Tim Anti-Antraks Pacitan sempat Kehabisan Vaksin

Terus Operasi, Tim Anti-Antraks Pacitan sempat Kehabisan Vaksin Bukti kepedulian masyarakat sampai-sampai meninggalkan surat ke petugas suntik.

PACITAN, BANGSAONLINE.com - Terus bergerak dan beroperasi untuk mencari ternak sapi maupun kambing, tim anti-antraks Kabupaten Pacitan sempat kehabisan vaksin. Tim sudah beroperasi sejak April 2016 hingga saat ini. Daerah operasi utamanya ada di kecamatan Punung serta Pringkuku. Sedikitnya sudah ada 17 ribu kambing maupun sapi sudah divaksin.‎

"Pasukan suntik sampai dengan saat ini masih bergerak di wilayah ring satu (wilayah dengan kasus ternak mati karena ), dan belum semua wilayah bisa terjangkau. Bahkan sempat terhenti karena kehabisan vaksin," kata Ashadi, mantri suntik Dinas Pertanian Kabupaten Pacitan, Senin (27/02).

Menurut dia, tak sedikit warga yang sempat panik dan enggan ternaknya disuntik vaksin anthraks. Namun seiring berjalannya waktu, masyarakat menjadi mau peduli terhadap aktivitas penyuntikan tersebut .

"Penolakan sempat terjadi karena vaksin anti anthraks memang keras. Namun demi kesehatan dan keselamatan bersama, masyarakat akhirnya mau dan rela ternaknya disuntik. Sampai- sampai ketika jadwal penyuntikan datang dan mereka sedang di luar kota, mereka menulis pesan di secarik kertas yang intinya ternaknya boleh disuntik," imbuh dia.

Di lain pihak, keresahan masyarakat terkait sudah mulai dirasakan warga atau peternak di wilayah Kecamatan Tulakan dan Kebonagung. Banyak dari mereka yang mengungkapkan adanya warga yang mengalami sakit karena terpapar serta hewan ternak mati mendadak.

"Sosialisasi sekecil apapun, meski hanya melalui leaflet, terus kami lakukan untuk edukasi masyarakat. Walupun itu bukan ranah kami. Namun kami coba memberikan di sela-sela penyuluhan terkait bencana alam. Tujuannya agar masyarakat paham dan tidak panik," ujar Sekretaris BPBD Pacitan, Ratna Budiono, di tempat terpisah.

Sementara itu, bakteri anthraks diduga telah menyebar hampir di seluruh wilayah di Pacitan. Hal tersebut tentu perlu penanganan intensif dari organisasi perangkat daerah (OPD) terkait. Sebab selama ini, yang bergerak intens di masyarakat kebanyakan adalah relawan yang peduli terhadap lingkungan.‎ (pct1/yun/ns)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO