Pengusaha Keripik Tempe di Ngawi Berharap Perhatian dari Pemkab

Pengusaha Keripik Tempe di Ngawi Berharap Perhatian dari Pemkab Karep saat membungkusi keripik tempe produksinya.

NGAWI, BANGSAONLINE.com - Kalau berkunjung ke Kota Ngawi, jangan lupa membeli keripik tempe untuk buah tangan ataupun sekadar camilan. Keripik tempe di daerah Ngawi sudah menjadi ikon untuk oleh-oleh khas dari bumi orek-orek ini.

Namun meski sudah menjadi makanan khas daerah Ngawi, ternyata industri rumahan (Home Industry) yang memproduksi makanan ini banyak yang mengeluh. Hal ini terkait dengan banyaknya pengusaha camilan yang berbahan baku kedelai tersebut.

Selasa (13/12) siang tadi BANGSAONLINE.com menyempatkan untuk melihat secara langsung proses pengolahan keripik tempe milik Karep (42) warga desa Sadang kecamatan Ngawi yang memiliki label "Asih Rasa". 

"Usaha ini sebenarnya merupakan warisan dari Mbah (Nenek) saya, terus dilanjutkan orang tua dan saat ini saya meneruskan saja," jelasnya Karep saat menceritakan tentang usahanya.

Karep menjelaskan bahwa dalam sehari membutuhkan 15 Kg kedelai untuk diolah menjadi tempe dan selanjutnya dijadikan camilan keripik tempe.

Pengusaha yang memiliki 6 pekerja tersebut juga menjelaskan bagaimana tantangan dan masalah yang dihadapi dalam mengelola usaha warisan tersebut. Salah satunya adalah terkait alat-alat produksi yang masih menggunakan alat tradisional tanpa sentuhan teknologi.

Dalam kesempatan tersebut, Karep mengeluhkan minimnya perhatian dari pemerintah. "Kendala yang pasti dalam usaha saya ini dalam hal harga dan pemasaran yang susah. Sebab kalah bersaing dengan yang dahulu," ungkapnya pada BANGSAONLINE.com.

Yang pasti, lanjutnya, keuntungan dari hasil usaha keripik tempe saat ini hanya bisa untuk menghidupi keluarganya dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. "Sedangkan jika untuk memajukan masih jauh. Saya memasarkan hanya lingkup Ngawi sekitarnya saja dan itu terbatas pada yang terjangkau," keluh pengusaha di desa Sadang tersebut.

Dia sebenarnya berharap dari instansi terkait dapat memperhatikan atau pembinaan pada usahanya. Sebab, selama ini dirinya belum pernah mendapatkan pembinaan atau bantuan dalam mengembangkan usahanya.

Ia mengaku hanya mengandalkan resep yang didapat secara turun temurun saja dalam menjaga mutu dan kualitas bahan. Sedangkan untuk memasarkannya juga terbatas pada toko yang berada di Ngawi dan sekitarnya saja. Padahal kalau dilihat dari rasa hasil produksi Karep layak untuk dipasarkan secara luas. (nal/rev)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO