Harga Kedelai Petani Masih di bawah Acuan Permendag

Harga Kedelai Petani Masih di bawah Acuan Permendag Rendahnya harga kedelai menyebabkan petani enggan menanamnya. foto: ANTARA

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Harga di tingkat petani saat ini masih cukup rendah, yakni di kisaran Rp 4.000-Rp 5.000 per kilogram (kg). Padahal, Kementerian Perdagangan sudah menelurkan kebijakan harga acuan pembelian petani sebesar Rp 8.500 per kg. Adapun untuk impor Rp 6.500 per kg. Ketentuan tersebut dituangkan dalam Permendag No 63/M/DAG/PER/09/2016.

“Harga di tingkat petani relatif rendah. Kondisi ini menyebabkan petani enggan menanam . Kedelai petani hanya dihargai Rp 4.000-Rp 5.000 per kg. Pembeli lebih suka membeli impor yang harganya lebih murah,” ujar Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Hasil Sembiring, dalam siaran persnya, Minggu (6/11).

Ia menjelaskan, dengan rendahnya harga berdampak serius pada jumlah produksi nasional yang diprediksi mengalami penurunan yang cukup signifikan. Selain faktor harga rendah, faktor lain penyebab hambatan kenaikan produksi yakni efek La Nina.

“Iklim basah ini kurang kondusif untuk pertanaman . Tanaman menjadi puso terkena banjir dan serangan organisme penyakit dan tumbuhan,” tuturnya. Hal itu, kata dia, memicu petani lebih memilih komoditas pangan yang lebih menguntungkan seperti padi ketimbang . Ia pun meramalkan produktivitas tanam tahun ini diperkirakan menurun 0,62 kuintal per hektare (ha) atau sekitar 3,95 persen.

Pemerintah juga menurunkan target produksi tahun ini hanya sebesar 885.575 ton atau turun 8 persen dibandingkan produksi tahun 2015 sebesar 963.183 ton (Angka Tetap Badan Pusat Statistik/ Atap BPS). Adapun penurunan produksi tersebut yang relatif besar diperkirakan terjadi di Provinsi Jawa Timur, Aceh, dan Nusa Tenggara Barat.

“Produksi Jawa Timur sebagai salah satu sentra nasional tahun ini diperkirakan turun menjadi 298.121 ton dibandingkan Atap BPS sebesar 344.998 ton,” terang Hasil.

Terpisah, Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian Provinsi Jatim, Akhmad Nur Falakhi tidak menapik hal tersebut. “Memang benar tahun ini terjadi penurunan luas panen dari 210 ribu hektare (ha) di tahun 2015 menjadi 16 ribu hektare (ha),‘’ ungkap Nur panggilan akrab Akhmad Nur Falakhi tersebut. (mid/rev)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO