Cuaca Tak Menentu, Hasil Panen Tembakau di Tuban Menurun Drastis, Petani Terpuruk

Cuaca Tak Menentu, Hasil Panen Tembakau di Tuban Menurun Drastis, Petani Terpuruk Seorang kuli sedang menaikkan tembakau ke atas truk. foto: AHMAD/ BANGSAONLINE

TUBAN, BANGSAONLINE.com - Cuaca yang tidak menentu mengakibatkan petani tembakau pada musim panen tahun ini terpuruk. Seperti yang dialami oleh petani di Kecamatan Senori, Kabupaten Tuban. Hasil panen dan pendapatan yang mereka terima menurun drastis.

Darso (45) misalnya, petani sekaligus juga tengkulak tembakau asal Senori. Ketika ditemui BANGSAONLINE.com, Selasa (27/9), ia mengungkapkan, anjloknya harga jual tembakau disebabkan kemarau basah, sehingga hujan masih turun. Sehingga, pohon tembakau menjadi layu terkena hujan.

"Petani tembakau di Desa Sidoharjo, Kecamatan Senori, Jabupaten Tuban dan sekitarnya beralih tanaman lain misal jagung. Sudah banyak petani yang beralih ke tanaman lain," imbuhnya.

Darso menjelaskan tembakau yang bagus biasannya ditandai perubahan warna daun tembakau. Tembakau yang bagus daunnya berwarna hijau menjadi kuning kehijauan. Selain itu, warna tulang daun putih hijau terang, tepi daun mengering, permukaan daun agak kasar dan tangkai daun mudah dipatahkan.

Harga tembakau jenis ini (super) saat ini harganya berkisar Rp 1.600 per kilogran. Sedangkan jenis tembakau biasa harga jual Rp 1.300 per kilogram. Bahkan, ada yang tidak laku dijual, sehingga terpaksa dibiarkan terbengkalai di lahan pertanian. "Kalau gak laku ya dibiarkan saja," jelasnya.

Padahal, jika dibandingkan musim panen lalu, harga jual tembakau super laku Rp 3.000 per kilogram. Sehingga, dalam satu kali musim panen petani meraup hasil kotor Rp 15 juta dalam satu musim tanam. Namun, pada musim panen tahun ini petani cuma mendapatkan kisaran Rp 5 sampai 6 juta dari hasil penjualan panen tembakau lahan miliknya.

"Mau gimana lagi mas tani tahun ini," cetusnya.

Darso juga menyebutkan, hasil panen tembakau asal Senori biasanya dikirim dan dijual ke daerah jawa tengah seperti Klaten, Boyolali, Wonosobo, Prambanan dengan menggunakan alat tranportasi roda empat dengan muatan 5 ton dan biaya ongkos Rp. 1.600.000 satu kali kirim.

"Kirimnya ke daerah Jawa Tengah," sambungnya. (tbn1/wan/rev)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO