Rawan Longsor, BPBD Imbau Warga Tak Lakukan Aktivitas di Sungai Aliran Lahar Kelud

Rawan Longsor, BPBD Imbau Warga Tak Lakukan Aktivitas di Sungai Aliran Lahar Kelud Kondisi aliran sungai lahar Kelud yang longsor dan menewaskan penambang pasir beberapa waktu lalu.

BLITAR, BANGSAONLINE.com - Pasca tewasnya penambang pasir akibat tertimbun longsoran tebing di Kaliputih Desa Karangrejo Kecamatan Ngarum, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Blitar mengimbau agar masyarakat tidak melakukan aktivitas apapun di sungai aliran lahar . Pasalnya pada bulan September ini curah hujan dengan intensitas tinggi masih sering terjadi. Sehingga rawan terjadinya bencana tanah longsor di beberapa titik maupun banjir lahar dingin.

Diungkapkan kepala BPBD Kabupaten Blitar Heru Irawan, beberapa titik sungai kali lahar yang rawan bencana tanah longsor dan banjir lahar dingin di antaranya Kaliputih di Kecamatan Garum, Kalibladak di Kecamatan Nglegok, serta Kalilekso di wilayah Kecamatan Wlingi.

"Jika intensitas hujan seperti saat ini memang rawan sekali bencana tanah longsor sehingga sangat membahayakan jika ada aktivitas disana, utamanya aktivitas penambangan," ungkap Heru Irawan, Minggu (18/9).

Ia mengatakan sejauh ini pihak BPBD sudah melakukan berbagai upaya agar tidak ada warga yang melakukan aktivitas di titik-titik tersebut. Selain berkoordinasi dengan pihak pemerintah Kecamatan maupun Kelurahan serta pihak kepolisian.

BPBD juga memasang puluhan rambu peringatan bahaya bencana longsor maupun banjir lahar dingin. Bahkan di desa-desa dimana banyak warganya yang bekerja sebagai penambang pasir. Seperti di desa Sumberasri Kecamatan Nglegok. "Kita lakukan berbagai upaya agar warga tidak nekat kesana apalagi ini kan sudah jatuh korban," tegasnya.

Berbagai upaya pencegahan tersebut, lanjut Heru, dilakukan untuk mengantisipasi jatuhnya korban jiwa akibat bencana yang terjadi di wilayah tersebut. Seperti yang terjadi pada Minggu (4/9) lalu. Di mana satu penambang pasir di Kaliputih, Kecamatan Garum bernama Samsul Abidin (20) tewas, akibat tertimbun material batu dan pasir longsoran tebing.

"Agar tidak terjadi peristiwa serupa ya harus kita lakukan pencegahan agar tidak ada aktivitas pertambangan ataupun yang lainnya," ucapnya.

Sementara Kepala Kepolisian Resort Blitar AKBP Slamet Waloya mengatakan pihaknya sudah beberapa kali mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas diwilayah tersebut. Namun, beberapa di antaranya memang tidak menghiraukan imbauan itu. Utamanya para penambang pasir tradisional.

Pasalnya tak hanya sekali, utamanya di Kaliputih, Desa Karangrejo, Kecamatan Garum sudah beberapa kali terjadi bencana yang mengakibatkan kerugian materi maupun korban jiwa. Sebelum peristiwa yang menimpa Samsul Abidin, awal tahun 2016 lalu 7 truk milik penambang pasir hanyut diterjang aliran lahar dingin gunung kelud. Beruntung para penambang dan sopir truk berhasil melarikan diri sehingga terhindar dari bencana tersebut.

"Sebenarnya kan memang dilarang, tapi mereka tetap nekat karena memang mata pencahariannya dari hasil menambang itu," ungkap AKBP. Slamet Waloya. (tri/rev)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO