Tafsir Al-Nahl 92: Hilful Fudhul dan Hak Asasi Manusia

Tafsir Al-Nahl 92: Hilful Fudhul dan Hak Asasi Manusia

Oleh: Dr. KHA Musta'in Syafi'ie MAg. . .   

BANGSAONLINE.com - Walaa takuunuu kaallatii naqadhat ghazlahaa min ba’di quwwatin ankaatsan tattakhidzuuna aymaanakum dakhalan baynakum an takuuna ummatun hiya arbaa min ummatin innamaa yabluukumu allaahu bihi walayubayyinanna lakum yawma alqiyaamati maa kuntum fiihi takhtalifuuna.

Pesan ayat studi ini melengkapi ayat sebelumnya, yakni soal janji persaudaraan yang bergerak pada kerja sosial dan kemanusiaan. Janji itu kuat dan tidak boleh diingkari. Janji itu sangat mengikat dan ditagih di hari kemudian nanti. Orang beriman tidak mungkin ingkar janji, begitu halnya orang yang sehat rohani dan pikirannya.

"Wa la takunu ka al-laty naqadlat ghazlaha min ba'd quwwah ankatsa". Kata "ghazl" berarti ikat rambut yang dikat, dikonde dalam tradisi Jawa, kencir atau model chioda seperti gadis-gadis Tionghoa. Penginkar janji, dalam ayat kaji ini diibaratkan seperti wanita yang sedang bersolek dan mengikat rambutnya begitu kuat dan sangat rapi, dia tampil cantik dan menawan. Tiba-tiba ikatan ditarik dan rambut diacak-acak hingga amburadul.

Kata "Ghazl", juga bermakna tenunan atau anyaman. Wanita yang sedang menenun kain atau sedang menganyam anyaman secara teliti, serius dan berhasil. Tiba-tiba hasil kerjanya diobrak-abbrik sendiri, dirusak hingga berantakan. Semua itu Itu tidak mungkin dilakukan oleh wanita waras. Itulah tamsilan orang yang kafir kepada Allah SWT, setelah dulu berikrar mengakui Allah sebagai Tuhan satu-satunya saat masih di alam arwah. Termasuk orang yang ingkar janji (kebaikan), termasuk pula orang yang beramal karena manusia, bukan karena Tuhan.

Tersebutlah seorang kaya raya ternama dari suku Quraisy yang sangat dermawan dan kesohor. Dialah Abdullah ibn Jud'an, masih ada hubungan famili dengan Abu Bakr al-Shiddiq. Bisa dikata, semua orang miskin di seantero Makkah adalah tanggungjawabnya, sehingga tidak ada yang tidak makan, tidak ada yang tidak nyandang, tidak ada yang tidak punya pekerjaan dan tidak ada yang tidak punya papan panggonan. Tidak hanya itu, Ibn Jud'an juga memperjuangkan hak seseorang yang dirampas atau dizalimi. Siapapun dan oleh siapapun.

Demi terlaksananya kerja kemanusiaan yang sangat hebat itu, Ibn Jud'an mengumpulkan semua kepala suku di rumahnya untuk mendukung program tersebut, kemudian mereka bersama mendeklarasikan. Kesepakatan kerja kemanusiaan dan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia tersebut, orang arab mengistilahkan dengan "hilf al-fudlul". Hilf artinya sumpah dan Fudlul artinya lebih, derma, anugerah. Hilful Fudlul benar-benar terealisasi, karena didukung seluruh komponen. Bahkan ada ekskutor khusus menangani perampas hak asasi. Apakah Ibn Jud'an orang terhormat menurut Allah?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO