Miris! Di balik Pesona Indahnya, Pulau Gili Labak ternyata tidak Punya Sekolah

Miris! Di balik Pesona Indahnya, Pulau Gili Labak ternyata tidak Punya Sekolah Pengunjung saat menikmati panorama alam Pulau Gili Labak. foto: rahmatullah/ BANGSAONLINE

SUMENEP, BANGSAONLINE.com – Siapa yang tidak tahu keindahan alam bawah laut Pulau Gili Labak? Pulau yang ada di Desa Kombang, Kecamatan Talango, ini sudah menjadi salah satu tempat jujukan wisata baru. Bahkan terbilang primadona dibanding tempat wisata lain di Kabupaten Sumenep. Terumbu karang dan hamparan pasir putih yang membentang mampu memikat hati wisatawan untuk kembali berkunjung.

Tapi siapa sangka di tempat yang kini semakin ramai pengunjung itu sama sekali tidak ada gedung sekolah. Tak satu pun gedung sekolah berdiri di sana sebagai tempat menempa ilmu anak-anak. Itu cukup berbanding terbalik dengan eksotisme alam yang seharusnya menjadi perhatian utama pemerintah setempat, karena tempat itu berpotensi menjadi pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor wisata.

Anak-anak di pulau itu harus menyeberang laut untuk mengenyam pendidikan, baik dari tingkat SD hingga SMA dan sederajat. Tentu saja mereka bertaruh nyawa saat gelombang dan angin di tengah lautan tidak bersahabat, hanya demi menempuh pendidikan agar mereka tahu cara membangun daerah dengan keilmuan yang dimiliki.

Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Sumenep, A. Sadik, beralasan bahwa tidak dibangunnya sekolah di pulau itu karena tidak prospek. Katanya, berdasarkan suvei yang dilakukan, di pulau itu tidak layak didirikan sekolah. Alasan yang dikemukakan di sana hanya terdiri dari beberapa kepala keluarga, sehingga ketika nanti dibangun sekolah, terancam akan ditutup di kemudian hari.

“Sudah kami survei. Meski dibangun sekolah, tidak akan berlangsung lama,” dalihnya, Senin (2/5).

Bahkan meski sudah lama anak-anak pulau itu bertaruh nyawa saat hendak pergi sekolah, pemerintah setempat terkesan tidak peduli. Terbukti tidak ada perlakuan khusus bagi mereka, misalnya ada transportasi laut gratis yang menjamin keselamatan mereka untuk pergi sekolah. Padahal dengan jalur tempuh yang mengancam jiwa seperti itu, memicu angka anak-anak usia wajib belajar tidak melanjutkan sekolah.

“Terimakasih masukannya (bantuan transportasi laut bagi siswa, red). Kita pertimbangkan,” terang Sadik.

Dia menambahkan, sebagian anak yang menempuh pendidikan memilih indekos di dekat sekolah. Ada juga yang melanjutkan pendidikan di pondok pesantren. Dengan demikian, tidak semua anak menyeberang laut tiap hari untuk pergi ke sekolah. (mat/rev)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO