Pilgub Jatim 2018: Bukan Mentor Politiknya, Pak De Karwo tak Wajib Dukung Gus Ipul

Pilgub Jatim 2018: Bukan Mentor Politiknya, Pak De Karwo tak Wajib Dukung Gus Ipul Agus Mahfudz Fauzi

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Peran Jenderal (pur) TNI Imam Utomo mengantarkan Soekarwo menuju kursi gubernur pada pemilihan gubernur (pilgub) 2008 tak perlu disangsikan lagi. Mantan gubernur Jawa Timur dua periode itu all out memperjuangkan Pak De Karwo (panggilan Soekarwo) yang saat itu menjabat Sekdaprov. Bahkan, Imam Utomo itulah yang mencarikan Pak De kendaraan politik setelah Megawati Soekarnoputeri menolak merekom Soekarwo meskipun ia memenangkan rakerdasus PDI Perjuangan Jatim.

Peran strategis Imam Utomo itu pulalah yang harus dimainkan Pak De Karwo sekarang. Namun, saat ini Pakde tampaknya sulit memberikan tongkat estafet kepada Saifullah Yusuf, Wagub Jatim, seperti yang dilakukan Imam Utomo pada dirinya. Sekalipun, saat ini Soekarwo Ketua DPD Partai Demokrat Jatim yang memiliki modal 13 kursi di parlemen. Alasannya, Partai Demokrat sangat SBY centris. Semua bergantung Ketua Umumnya yaitu Susilo Bambang Yudhoyono. Sekalipun DPD merekom Gus Ipul tapi belum tentu SBY setuju.

Analisis itu disampaikan Direktur Bangun Indonesia, Agus Mahfudz Fauzi. “Sekalipun Pakde itu Ketua Partai Demokrat Jatim, belum tentu usulan rekomnya didengar SBY. Pak SBY itu punya hak prerogratif sebagai ketua umum, sehingga aspirasi daerah tak serta merta menjadi rekom pusat,” urai Agus kepada Didi dari bangsaonline.com, kemarin.

Dosen Sospol di Universitas Negeri Surabaya (Unesa) itu menyontohkan pilgub Jawa Tengah tahun 2013. Saat itu rekom Partai Demokrat diberikan kepada Bibit Waluyo, bukan kader internal partai. Padahal Bibit adalah kader PDI Perjuangan yang tidak direkom partai. Keputusan Demokrat itu tak lepas dari peran SBY. Pertimbangannya bukan politik tapi karena perkoncoan saat di AKABRI dengan Bibit.

“Pilgub Jawa Tengah itu kan contoh nyata, Pak SBY justru merekom Bibit Waluyo bukan kader Demokrat Jateng atau yang diusulkan DPD,” tandas alumni Magister Unair tersebut.

Mantan Komisioner KPU Jatim ini menambahkan, hubungan antara Imam Utomo dengan Pak De tak bisa disamakan Pak De dengan Gus Ipul. Sebab Imam Utomo bisa dibilang mentor Pak De, sehingga mantan Pangdam Brawijaya itu punya kewajiban moral untuk mengarahkan Pak De Karwo. Sementara Pak De dengan Gus Ipul sebatas hubungan politik yang masanya lima tahun.

Karena itu, Pak De tak punya kewajiban moral untuk mengantarkan Gus Ipul ke kursi Jatim I. Karena tidak ada hutang politik yang harus dibayar. Selain itu, Pak De ini punya latar nasionalis yang kental dan hubungan emosional dengan tokoh-tokoh nasionalis yang saat ini menjadi penguasa di pemerintahan. Karena itu, kalau tujuannya lengser husnul khatimah jalannya bukan dengan menyokong Gus Ipul tapi bersinergis dengan arah politik pemerintah pusat.

Menurut dia, fakta ini jelas akan merepotkan Gus Ipul karena dia bukan kader partai dan belum punya kendaraan politik

“Kalau Pak De bisa sinergis dengan pemerintah atau partai pemerintah, bisa jadi beliau malah akan mendapat tempat di pusat. Terbukti, saat ini hubungan Pak De dengan presiden dan mendagri sangat harmonis. Bahkan dengan menteri sosial yang pernah menjadi rival juga hubungannya telah cair. Ini menandakan Pak De paham menempatkan diri. Beliau sadar rezim telah berganti,” pungkas pria asal Ponorogo ini. (mdr)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO