Pelatihan yang dilakukan BPBD Jatim untuk santri, ustadz, serta ustadzah dalam menghadapi bencana.
SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Sebagai bentuk nyata dari upaya mewujudkan Pesantren Tangguh Bencana (Pestana), BPBD Jatim menggelar pelatihan peningkatan kapasitas kebencanaan ke 3 pondok pesantren di Kabupaten Malang selama 5 hari, Selasa-Sabtu (11-15/11/2025).
Kegiatan bertajuk Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) ini dilaksanakan secara maraton di Ponpes An-Nur 3 Bululawang, Ponpes Salafiyah Shirothul Fuqoha' Gondanglegi, dan PPPI Al-Hikmah Tumpang. Pelatihan ini merupakan tindak lanjut dari Keputusan Gubernur Jatim tentang pembentukan Tim Pestana Provinsi Jawa Timur.
Selain pengenalan potensi bencana dan strategi penanganannya, pelatihan juga diisi dengan simulasi evakuasi gempa bumi dan pemadaman kebakaran.
Wakil Ketua Komisi E DPRD Jatim, Hikmah Bafaqih, yang hadir bersama Plt. Kabid PK BPBD Jatim, Dadang Iqwandy, menegaskan bahwa SPAB bertujuan meningkatkan kesadaran dan kapasitas santri, ustadz, serta ustadzah dalam menghadapi bencana.
"Kita tidak ingin lagi ada bencana di pesantren. Karenanya, pola pikir dan pola tindak kita harus sesuai dengan ketangguhan bencana," ucapnya.
Koordinator Pencegahan dan Kesiapsiagaan Tim Pestana Jatim itu menjelaskan, SPAB menekankan 3 pilar utama, yakni fasilitas pendidikan aman bencana, manajemen penanggulangan bencana, dan pendidikan pengurangan risiko bencana.
"Selain itu, juga dilakukan assessment terhadap bangunan yang ada di lingkungan pondok pesantren. Harapannya, agar bisa diidentifikasi lebih awal hal-hal yang dimungkinkan berisiko menimbulkan bencana," paparnya.

Berdasarkan data Kemenag Jatim, terdapat 7.347 pondok pesantren di Jawa Timur dengan jumlah santri mencapai 297.506 orang. Dengan angka tersebut, Dadang menekankan perlunya dukungan lintas sektor agar target Pestana dapat tercapai lebih cepat.
Pengasuh Ponpes An-Nur 3 Bululawang, Gus Taufiqurrahman, menyampaikan apresiasi atas pelatihan SPAB yang digelar di pondoknya.
"Kami yakin, pengetahuan ini sangat bermanfaat dalam mendukung upaya kesiapsiagaan di lingkungan pesantren kami," ujarnya.
Salah satu santri, Syahrul Mubarok, yang terpilih sebagai Ketua Tim Siaga Bencana Sekolah (TSBS), juga mengaku senang dan merasa lebih siap menghadapi potensi bencana.
"Dengan edukasi yang diberikan kepada para santri, akhirnya kami tahu dan lebih siaga terhadap bencana," akunya.
Kegiatan ini turut melibatkan Tim BPBD Kabupaten Malang, relawan SRPB Jatim sebagai fasilitator, serta tim Mobil Edukasi Penanggulangan Bencana (Mosipena) BPBD Jatim. (dev/mar)













