
SURABAYA, BANGSAONLINE.com-Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, mengatakan bahwa Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi tidak cerdas. Bahkan, tegas Kiai Asep, kebijakan Dedi Mulyadi dalam bidang pendidikan tidak sesuai dengan Undang-Undang Dasar (UUD) 45, yang bertujuan mencerdaskan bangsa.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PP Pergunu) itu lalu mencontohkan kebijakan Dedi Mulyadi yang memaksakan 50 murid dalam satu kelas.
“Satu kelas isinya 50 murid. Cerdas nggak,” kata Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA dalam Konferensi Pers Jaringan Kiai Santri Nasional (JKSN) di kawasan Pondok Pesantren Amanatul Ummah Jalan Siwalankerto Surabaya, Rabu (27/8/2025) malam.
Kiai Asep menyampaikan itu merespons manuver Muhammad Sholeh yang mengajak demo untuk menurunkan Khofifah dari kursi Gubernur Jawa Timur. Sholeh mengecam Gubernur Khofifah sambil memuji-muji Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi.
Sholeh yang mantan caleg Gerindra dan Nasdem itu mendirikan Posko Rakyat Jawa Timur Menggugat di seberang Gedung Negara Grahadi tapi sepi peminat. Pantauan BANGSAONLINE di lokasi, posko itu sangat kecil mirip kedai atau tempat jual minuman di pinggir jalan.
Menurut Kiai Asep, dalam konsep ajar mengajar yang benar satu kelas maksimal diisi 28 murid. “Di sekolah saya hanya 20 murid dalam satu kelas. Atau 24 murid. Umumnya 24 murid. Maksimal 28 murid,” tegas pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto itu.
Karena itu, tegas Kiai Asep, transfer ilmu dari guru ke anak didik sangat efektif.
“Sekolah saya terbaik se-Indonesia. Tahun ini sebanyak 1.258 santri Amanatul Ummah diterima di perguruan tinggi negeri dan luar negeri,” tegas Kiai Asep yang memiliki puluhan ribu santri.
“Sebanyak 10 santri Amanatul Ummah diterima di Unhan, 6 diantaranya diterima di Kedokteran Unhan. Karena orientasinya adalah mencerdaskan bangsa,” tegas Kiai Asep yang dikenal sebagai tokoh pendidikan nasional itu lagi.
Karena itu, tegas Kiai Asep lagi, Dedi Mulyadi sebagai gubernur Jawa Barat tidak cerdas. Bahkan tak paham tentang pendidikan.
“Dedi Mulyadi tidak cerdas dan tidak memihak untuk mencerdaskan bangsa,” tegas kiai miliarder tapi dermawan itu lagi.
Bukti lain bahwa Dedi Mulyadi tidak cerdas, menurut Kiai Asep, ia menghapus dana hibah untuk pesantren. “Saya tahu karena saya orang Jawa Barat,” tegas putra pahlawan nasional KH Abdul Chalim Leuwimunding Majelangka Jawa Barat tersebut.
Kiai Asep juga menyebut tentang penghapusan tunggakan pokok pajak kendaraan. Menurut Kiai Asep, Gubernur Khofifah tidak serta merta memutuskan sesuai kemauannya sendiri. Tapi harus bermusyawarah denggan para bupati dan wali kota se Jawa Timur.
“Karena aturan pajak itu sekarang tidak hanya kewenangan Provinsi Jawa Timur tapi juga ada hak dan kewenangan pemkab atau bupati dan wali kota seluruh Jawa Timur,” tegas Kiai Asep sembari menjelaskan tentang prosentasi untuk Pemprov dan Pemkab dan Pemkot.
“Jadi kalau Gubernur Jawa Timur Ibu Khofifah pakai referensi keilmuan. Bu Khofifah kalau pidato selalu mengutif kaidah Tasharruful imam ‘alarraiyah manuthun bil mashlahah. Bahwa seorang pemimpin harus berorientasi pada kemaslahatan rakyatnya ,” tegas Kiai Asep.
Begitu juga tentang pendidikan. Kebijakan Gubernur Khofifah sangat berbeda dengan Dedi Mulyadi yang disebut anti pesantren.
Menurut Kiai Asep, Gubernur Khofifah sangat mengapresiasi pesantren. Bahkan Gubernur Khofifah mendirikan OPOP (One Pesantren One Product). Karena Khofifah, tegas Kiai Asep, sangat paham tentang peran strategis pesantren, baik dalam sejarah perjuagnan kemerdekaan RI maupun dalam mencerdaskan bangsa Indonesia hingga saat ini.