Ekonomi Jatim Tumbuh 5,23 Persen, Ning Lia Serukan Stabilitas dan Tolak Provokasi

Ekonomi Jatim Tumbuh 5,23 Persen, Ning Lia Serukan Stabilitas dan Tolak Provokasi Anggota DPD RI Dapil Jawa Timur, Lia Istifhama atau yang akrab disapa Ning Lia.

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Jawa Timur mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 5,23 persen pada semester I/2025, melampaui rata-rata nasional yang berada di angka 5,12 persen. Capaian ini disampaikan dalam Media Briefing Triwulan III oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Jatim dan mendapat apresiasi dari berbagai pihak.

Pertumbuhan tersebut ditopang oleh sektor industri pengolahan, perdagangan, konstruksi, serta akomodasi dan makanan-minuman. Inflasi juga berhasil ditekan hingga 2,21 persen, menandakan daya beli masyarakat tetap terjaga.

Anggota DPD RI asal Jawa Timur, Lia Istifhama atau yang akrab disapa Ning Lia, menyambut positif capaian tersebut dan mengajak masyarakat menjaga stabilitas daerah.

“Pertumbuhan ekonomi yang sehat hanya bisa terjaga bila kita bersama-sama menjaga stabilitas. Masyarakat, pelaku usaha, akademisi, hingga pemerintah harus berkolaborasi agar Jawa Timur tetap menjadi lokomotif ekonomi nasional,” ucapnya Jumat (22/8/2025).

Menurut dia, stabilitas bukan hanya soal angka, tetapi juga rasa aman, kepercayaan, dan semangat gotong royong. Masyarakat juga diimbau agar tidak terprovokasi oleh ajakan yang berpotensi mengganggu kondusivitas.

“Jatim baik-baik saja, dan banyak warga sudah merasakan hidup bahagia di tengah capaian ini,” tuturnya.

Ning Lia turut menyampaikan dukungan terhadap kepemimpinan Gubernur Khofifah yang dinilai membawa manfaat nyata bagi pembangunan Jawa Timur.

“Kepemimpinan Ibu Khofifah terbukti membawa manfaat nyata bagi Jawa Timur. Maka sudah seharusnya kita terus mendukung beliau agar pembangunan berjalan lebih optimal,” ujarnya.

Deputi Kepala Bank Indonesia Jatim, M. Noor Nugroho, menyebut iklim politik dan ekonomi yang kondusif turut mendorong pertumbuhan. Dari sisi fiskal, Pemprov Jatim mengalokasikan belanja modal sebesar Rp1,08 triliun untuk pembangunan pelabuhan, bandara, dan infrastruktur jalan.

“Pergeseran aliran modal dari Amerika Serikat ke negara dengan stabilitas politik-ekonomi yang baik menjadi peluang besar bagi Jawa Timur,” katanya.

Di sektor jasa keuangan, OJK Jatim mencatat penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) mencapai Rp66,73 triliun, terbesar kedua secara nasional. 

Terdapat pula 25 emiten dengan nilai penawaran umum Rp14,7 triliun. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menjamin 99,95 persen rekening simpanan di Jatim, mencerminkan kepercayaan masyarakat terhadap perbankan.

“Indeks menabung konsumen menguat, menunjukkan optimisme dan kepercayaan masyarakat terus membaik,” kata Noor.

Di tengah capaian ini, Ning Lia menyayangkan adanya seruan aksi demonstrasi pada 3 September yang beredar di media sosial. Ia menilai ajakan tersebut tidak produktif dan berpotensi mengganggu aktivitas masyarakat.

“Jawa Timur ini baik-baik saja, apik-apik wae. Hindari aksi-aksi unfaedah karena menyita waktu, pikiran, dan sebagainya,” cetusnya.

Seruan aksi yang diunggah oleh akun berinisial CS di TikTok mendapat respons negatif dari publik. Banyak komentar kontra bermunculan, termasuk dari akun Taher yang menulis, “Jatim baik-baik saja, cuman ‘CS’ yang tidak baik-baik saja.”

Dukungan terhadap Gubernur Khofifah juga terus mengalir dari masyarakat. Warga Madura, Liandi, menyatakan bahwa masyarakat akar rumput lebih memilih fokus bekerja daripada ikut aksi yang dinilai tidak penting.

“Lebih baik kita fokus kerja. Males demo, wong kepentingan CS tok,” ucapnya.

Warganet lainnya menyoroti tuntutan penurunan pajak yang dinilai tidak realistis dan tidak sesuai dengan aturan negara. Mereka percaya Gubernur Khofifah mengambil kebijakan dengan pertimbangan matang.

Gerakan 'Jatim Fokus Kerja' pun digaungkan sebagai simbol pilihan sikap masyarakat yang lebih memilih produktivitas dan pembangunan daripada aksi yang dianggap kontraproduktif.

“Stabilitas daerah adalah kunci keberlanjutan pembangunan,” tulis salah satu warganet, Ainiyah. (mdr/mar)