Jelang Misi Dagang di Sulut, Gubernur Khofifah Ziarah ke Makam Tuanku Imam Bonjol dan Kiai Madja

Jelang Misi Dagang di Sulut, Gubernur Khofifah Ziarah ke Makam Tuanku Imam Bonjol dan Kiai Madja Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, saat ziarah ke Makam Tuanku Imam Bonjol.

MINAHASA, BANGSAONLINE.com - Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, ziarah ke Makam Tuanku Imam Bonjol di Lotta, dan Kiai Muslim Muhammad Halifah (Kiai Madja) di Tondano, Minahasa, Sulawesi Utara, Kamis (25/8/2022). Ia melakukan kegiatan ini bersama sejumlah kepala OPD dan pimpinan BUMD di Pemprov Jatim.

Agenda tersebut khusus dilakukan di sela kunjungan kerja gubernur dalam rangka Misi Dagang Jatim dengan Sulawesi Utara. Tak hanya itu, ziarah ke makam pahlawan nasional juga dilakukan untuk menguatkan semangat nasionalisme dan cinta tanah air.

“Kita sengaja menyempatkan diri ziarah ke makam pahlawan nasional. Kemarin kita baru saja merayakan HUT RI yang ke-77. Tentu dengan ziarah ini kita berharap bisa memaknai perjuangan para pahlawan nasional dalam meraih kemerdekaan,” kata Khofifah.

Setelah ziarah, gubernur menyatakan sikap toleransi dan moderasi harus dijunjung tinggi oleh seluruh masyarakat Indonesia. Menurut dia, kebhinekaan negeri inilah yang membuat bangsa Indonesia kaya.

“Ini lah yang harus kita jadikan pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Toleransi dan moderasi menjadi hal yang sangat penting,” ujarnya.

Ia pun berpesan kepada Juru Kunci Makam Kiai Madja Hari Parbo agar diberi penanda yang paten dan menyebutkan bahwa di tempat ini ada Pahlawan Nasional.

“Di depan sudah ada plakat penanda. Tapi di dalam belum tertera. Alangkah baiknya jika bisa diberi tanda bendera merah putih yang terbuat dari plakat besi juga. Sehingga lebih tahan lama,” tuturnya.

Khofifah kemudian juga berpesan, makam istri Kiai Madja yang ada di luar pagar sebaiknya dijadikan satu. Namun, kendala ditemui sebab saat ini makam itu telah menjadi cagar budaya milik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

“Mungkin bisa bersurat ya ke Kementerian. Sehingga bisa satu area pagar dengan Kiai Madja serta diberi penanda nama agar dapat dikenali bagi peziarah kapanpun,” pungkasnya. 

Tuanku Imam Bonjol merupakan pahlawan nasional yang berasal dari Sumatera Barat. Di zaman kolonial Belanda, ia diasingkan di Lotta, Minahasa, saat memperjuangkan Kemerdekaan bangsa dan tanah air.

Sama halnya dengan Tuanku Imam Bonjol, Kiai Madja merupakan sosok Panglima Perang Pangeran Diponegoro yang sebelumnya diasingkan di Tondano, Minahasa, di zaman kolonial yang kemudian dipindahkan di Makasar.

Kiai Madja datang bersama 63 orang pengikutnya yang kemudian mereka bercocok tanam dan menjadi pengrajin, mulai kayu hingga penjahit. Tidak sampai di situ, puluhan pengikutnya pun kemudian memperistri warga sekitar aliran sungai Tondano. 

Setahun usai kedatangan Kiai Madja dan pengikutnya, istri Kiai Madja didatangkan dari Jawa. Setelah bertahun-tahun menetap di pengasingan dan membentuk kebudayaan di Tondano, muncullah sebuah desa yang dinamai Jawa Tondano (Jaton), di mana mayoritas warga berasal dari Jawa Tengah. (dev/mar)