Harga Kedelai Naik, Produsen Tempe dan Tahu di Tuban Kelimpungan

Harga Kedelai Naik, Produsen Tempe dan Tahu di Tuban Kelimpungan Tri Wulyani, salah satu pembuat tempe di Tuban. foto: Suwandi/BangsaOnline.com

TUBAN (BangsaOnline) - Sudah sepekan ini harga terus naik, akibatnya banyak produsen di Tuban kelimpungan.

Seperti yang dialami Tri Wulyani, produsen dan tahu asal Keluarahan Sukolilo, Tuban. Kepada BangsaOnline.com, selasa (10/3) Tri Wulyani menjelaskan bahwa harga mencapai Rp 8.000 kilogram, dan naik Rp 1.000 dari dua hari sebelumnya. Ini membuat sejumlah produsen berkeluh kesah. Sebab, pekan lalu ketika harga masih Rp 6.000, keuntungan Tri Wulyani sudah sangat tipis, sehingga dirinya saat ini kebingungan ketika harga mencapai Rp 8.000.

“Lalu jika harga terus mengalami kenaikan, bagaimana nasib kami?,” keluhnya ketika didatangi sejumlah wartawan ditempat produksinya.

Menurutnya, selain mahalnya harga , sejumlah produsen juga mengeluhkan merosotnya produksi dan tahu. Jika biasanya satu hari bisa memproduski 18 kwintal , kini ia hanya bisa memproduksi 12 kwintal. Sebab, penjualan pun kini harus bersaing dengan produsen yang lain seperti pedagang telor, daging, ikan maupun yang lainnya.

“Merosotnya penjualan itu sudah pasti berpengaruh langsung pada perolehan keuntungan. saat ini paling banter hanya mampu memperoleh laba kotor Rp 100 ribu – Rp 200 ribu per-hari dari penjualan dan tahu. Bersihnya, tak sampai Rp 20 ribu yang saya dapat,” ungkapnya.

Produsen dan tahu yang lain, Solikin, juga tak jauh beda nasibnya dengan Tri Wulyani. Ia mengaku cemas usahanya bakal gulung tikar jika harga terus naik. Dengan tingginya harga ini, ia berharap Pemerintah memperlunak kebijakan impor , agar harga bisa lebih murah. Selain itu, meminta Pemerintah kembali memberikan subsidi untuk usaha mikro.

“Ya kami berharap pada Pemerintah kasih subsidi pada produsen kecil seperti kami ini. Dulu waktu harga naik disubsidi, sekarang kok tidak ya,” keluh Solikin

Sementara itu, informasi dari sejumlah produsen dan tahu rumahan, selama ini mereka memproduksi tahu menggunakan impor dari Tiongkok untuk bahan bakunya. Menurut mereka, impor lebih menguntungkan lantaran butirannya besar dan lebih putih. Sementara lokal, selain butirannya kecil juga agak kehitam-hitaman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO