Begini Kisah Perjuangan Para Nakes Tangani Pasien Covid-19 di Surabaya

Begini Kisah Perjuangan Para Nakes Tangani Pasien Covid-19 di Surabaya Kepala Puskesmas Rangkah Dwiastuti Setyorini.

Hal yang sama juga dialami oleh Kepala Puskesmas Ketabang , Joyce Hestia Nugrahanti. Bagi dia, tidak ada nakes yang tidak ingin pasiennya lekas sembuh. Ia menilai kesembuhan pasien adalah yang utama. Apalagi yang terjadi di Puskesmas Ketabang merupakan wilayah yang terdiri dari perkantoran dan pemukiman.

“Kami merawat warga yang isoman, kami juga melakukan vaksinasi lalu 3T (tracing, testing dan treatment) tetap kami jalankan. Dan pelayanan umum pun juga tetap buka,” ungkap Joyce.

Dengan nakes berjumlah 41 orang, Joyce mengaku terkadang sedikit mengalami kesulitan dalam membagi kegiatan. Misalnya, pada hari yang sama terdapat pelaksanaan kegiatan secara vaksinasi massal, swab massal dan penanganan pasien terpapar hingga tetap melakukan 3T. Apalagi, beberapa nakes yang juga harus melakukan isolasi mandiri akibat terpapar Covid-19.

“Kita buat prioritas. Mana lokasi yang membutuhkan dokter, atau perawat atau bidan yang menjadi tim swaber. Misal skrining, biasanya bisa tim swaber bisa juga nakes yang lain. Kita harus mengatur sedemikian rupa supaya dokter kami yang hanya lima orang ini bisa menghandel semuanya,” ungkap dia.

Tidak berhenti sampai di situ, puskesmas yang kini buka 24 jam menjadi tantangan tersendiri bagi para nakes untuk lebih semangat. Oleh sebab itu, di kondisi saat ini tak lantas membuat Joyce dan jajarannya patah semangat begitu saja. Menurutnya, pada kondisi saat ini lah jihadnya para nakes. Meskipun beban kerjanya dinilai semakin berat, dengan jumlah personal yang sedikit ia mengajak jajarannya untuk selalu semangat menjaga stamina.

“Saya sampaikan jihadnya nakes sekarang, gimana caranya dengan jadwal kerja yang banyak tetap sehat, vitamin. Istirahat berkualitas. sehingga tetap sehat dan kuat. Kalau yang jaga malem besoknya kita upayakan untuk off atau libur,” urai dia.

Kepala Puskesmas Rangkah Dwiastuti Setyorini mengaku jam istirahatnya memang berkurang karena lembur setiap hari. Tetapi satu hal yang menjadi pesannya kepada para nakes untuk tidak terlambat makan. Ini menjadi penting supaya imun para nakes tidak menurun sehingga maksimal dalam melayani warganya.

“Saya juga berpesan kepada nakes yang mayotritas adalah perempuan. Sampaikan kepada suaminya agar dapat mengerti keadaaan saat ini,” katanya.

Ririn memastikan, memang saat ini Kota Pahlawan sedang membutuhkan relawan di bidang tenaga kesehatan. Dia juga menceritakan berbagai kendala, suka duka, hingga tantangan yang setiap hari dihadapinya. Tetapi dia meyakini, bahwa tidak ada kesulitan yang tidak ada jalan keluarnya.

"Ini adalah saatnya kita itu diuji apakah kita ini benar-benar tenaga kesehatan atau tidak. Apalagi wilayah Tambaksari ini lumayan luar biasa tantangannya," pungkasnya. (dra/ian)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Mobil Angkot Terbakar di Jalan Panjang Jiwo, Sopir Luka Ringan':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO