​Cara Pejabat Cari Uang Diluar Gaji: Persulit Pengusaha atau...

​Cara Pejabat Cari Uang Diluar Gaji: Persulit Pengusaha atau... Dahlan Iskan. Foto: ist

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Wartawan kawakan Dahlan Iskan menegaskan, bagi cari uang ceperan bisa dengan dua cara.

“Cara pertama, persulitlah : pasti akan keluar uangnya,” tulis Dahlan Iskan dalam DI’s Way – Catatan Harian Dahlan Iskan – yang terbit Ahad (18/10/2020).

“Atau pakai cara kedua, bantulah para : mereka akan keluar juga uang –sebagian,” tegas Dahlan Iskan yang dikenal sebagai penulis produktif itu.

Lho, Dahlan tahu dari mana? “Yang mengatakan itu seorang di daerah. Saya sebut saja: Jawa Timur. Orangnya pun sudah meninggal dunia –semoga diterima amal kebaikannya,” tulisnya.

Dahlan Iskan pun kemudian menyebut nama. “Saya sebut saja namanya: Gubernur Basofi Sudirman. Mayor Jenderal Kopassus. Putra ulama terkemuka yang juga seorang jenderal: Mayjen Sudirman,” jelas mantan Menteri BUMN tersebut .

Menurut Dahlan, Basofi, si pelantun dangdut Tidak Semua Laki-laki itu tidak tedeng aling-aling. Ia bicara apa adanya. Bahwa tidak ada yang hanya hidup dari gajinya.

Bahkan seorang di bawah Basofi juga pernah mengatakan kepada Dahlan Iskan begini: semua target itu harus punya tabungan setidaknya Rp 10 miliar (tahun 1995). Jumlahnya harus segitu agar bunga depositonya cukup untuk hidup dan menyekolahkan anak sampai lulus perguruan tinggi.

“Angka Rp 10 miliar itu kira-kira setara Rp 50 miliar sekarang,” tulis Dahlan kemudian.

Menurut Dahlan, Basofi tidak mengelak kenyataan itu. Tapi ia tidak setuju kalau cara untuk cari uang tambahan itu dengan mempersulit orang.

“Ia sendiri pernah membantu saya mengeluarkan izin untuk membangun pabrik kertas,” kata Dahlan Iskan terus terang.

Basofi, kata Dahlan, tidak setuju dengan cara yang pertama. “Tapi ia tidak menolak untuk yang kedua. Basofi memang tipe orang yang suka bicara apa adanya. Ia mengatakan itu kepada saya di saat lagi duduk-duduk santai. Ia juga mengatakan itu kepada para daerah di bawahnya,” beber Dahlan.

Basofi, kata Dahlan, bilang, hampir tidak ada yang bersih. Tapi tidak harus dengan cara yang tidak terhormat. Dan yang penting jangan dengan cara yang mempersulit orang.

Menurut Dahlan, sebenarnya hidup ini indah. “Hidup ini juga sederhana. Kalau saja semua punya prinsip seperti itu sebenarnya tidak perlu ada omnibus law," katanya.

Memang, kata Dahlan, uang ceperan yang didapat mungkin tidak banyak. Tidak semua "tahu diri". Ada juga yang cuek bebek. Tapi setidaknya 50 persen termasuk yang tahu diri.

“Masalahnya banyak yang lupa pelajaran bahasa Indonesia. Terutama apa arti kata "cukup". Kata itu selalu dibaca "tidak cukup",” kata Dahlan.

Mereka, tulis Dahlan, juga sudah lupa apa sebenarnya arti kata "rakus". Rakuslah yang membuat kata "cukup" kehilangan makna yang sesungguhnya.

Dahlan mengingatkan bahwa bulan Oktober ini adalah bulan bahasa. “Tapi kian tahun kita memperingati bulan bahasa kian hilang arti kata "cukup" dan arti kata "rakus',” katanya.

Ujian berikutnya, kata Dahlan, adalah omnibus law. “UU yang dibuat dengan kecepatan cahaya ini menghapus banyak sekali perizinan. Secara formal kesempatan mencari uang lewat cara "mempersulit" mestinya hilang,” tulisnya.

Satu-satunya cara ngobyek adalah lewat "menyenangkan" orang. “Tapi hasil obyekan dari teknik menyenangkan tidak akan sebanyak melalui teknik mempersulit,” katanya.

Menurut Dahlan, yang "tidak banyak" itu sebenarnya "cukup". Asal orang mengerti apa arti kata cukup yang sebenarnya. “Masalahnya di kata "rakus". Yang juga sudah kehilangan makna dari kehidupan sehari-hari,” katanya.

“Jadi, wahai para , siap-siaplah menghadapi kehidupan baru bersama omnibus law. Bagi yang tetap ngotot akan rakus, Anda akan kehilangan banyak hal yang bisa Anda pakai untuk mempersulit orang,” tulis Dahlan mengingatkan.

Atau, Anda akan lebih kreatif? Dengan mencari cara-cara baru untuk mempersulit orang?

Maka di bulan bahasa ini, mari kita adakan sayembara: cara apa saja yang masih bisa dilakukan para untuk mempersulit . Termasuk UMKM.

“Kalau kita masih bisa menemukan 10 saja cara baru itu, sia-sialah heboh-heboh yang mendebarkan di sekitar pengesahan UU Cipta Kerja ini,” katan Dahlan Iskan menutup tulisannya yang banyak mendapat komentar itu. (tim) 

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO