Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*
29. Waquli alhaqqu min rabbikum faman syaa-a falyu/min waman syaa-a falyakfur innaa a’tadnaa lilzhzhaalimiina naaran ahatha bihim suraadiquhaa wa-in yastaghiitsuu yughaatsuu bimaa-in kaalmuhli yasywii alwujuuha bi/sa alsysyaraabu wasaa-at murtafaqaan
BACA JUGA:
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Abu Bakar R.A., Khalifah yang Rela Habiskan Hartanya untuk Sedekah
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Momen Nabi Musa Berkata Lembut dan Keras kepada Fir'aun
- Tafsir Al-Anbiya 48-50: Fir'aun Ngaku Tuhan, Tapi Tak Mampu Melawan Ajalnya Sendiri
- Tafsir Al-Anbiya' 41-43: Arnoud Van Doorn, Petinggi Partai Anti-Islam yang Justru Mualaf
Dan katakanlah (Muhammad), “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; barangsiapa menghendaki (beriman) hendaklah dia beriman, dan barangsiapa menghendaki (kafir) biarlah dia kafir.” Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka bagi orang zalim, yang gejolaknya mengepung mereka. Jika mereka meminta pertolongan (minum), mereka akan diberi air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan wajah. (Itulah) minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.
TAFSIR AKTUAL
Perhatikan statement pada awal ayat ini. "Suarakan, bahwa kebenaran itu dari Tuhan. You mau beriman, silakan. Mau kafir, ya silakan". Seperti itulah ketidakbutuhan Tuhan terhadap manusia. Andai semua makhluq beriman, Tuhan tidak naik pangkat dan jika semua kafir, Tuhan juga tidak turun pangkat. Hanya saja, bagi yang berbuat zalim disediakan neraka.
Mudah-mudahan ayat kaji ini tidak dijadikan dalil oleh pemerintah yang nampak sudah jengkel dan lelah menghadapi virus Covid-19 untuk membiarkan rakyatnya. Mau menurut, silakan. Mau membandel, ya silakan. Pingin urip, karepmu. Pingin mati, yo karepmu.
Sekitar empat bulanan Corona mengganggu bangsa ini dan tidak ada tanda-tanda mau berdamai, malah menjadi-jadi, meskipun persiden Republik ini sudah mengajak damai. Akhirnya pak Presiden marah-marah kepada para menterinya. Kayaknya, beliau kurang dipatuhim, dan semoga bukan marah sebagai eksyen politik.