Ngobrol Bareng Developer Game Lokal, Wali Kota Kediri Tanya Cara Menghasilkan Uang dari Game

Ngobrol Bareng Developer Game Lokal, Wali Kota Kediri Tanya Cara Menghasilkan Uang dari Game Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar (baju putih) saat bincang-bincang dengan Hermawan Andika dan Kriswin Yuniar. (foto: ist.)

KOTA KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar menghadirkan Tahoe Games Studio di kanal youtube pribadinya yang diunggah Senin, (6/7). Wali Kota banyak bertanya soal bagaimana masyarakat masih menganggap negatif jika anaknya menghabiskan waktu bermain game, dan bagaimana Tahoe Games Studio bisa memproduksi video game yang menghasilkan prestasi global.

Hadir dalam kesempatan itu Hermawan Andika, co founder Tahoe Games Studio dan Kriswin Yuniar sebagai game artist yang banyak menghasilkan karakter di game-game produksi Tahoe Games.

Saat membuka obrolan, Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar menanyakan pekerjaan programmer dan juga game artist yang menjadi tamu dalam bincang-bincang ini.
Hermawan Andika yang biasa disapa Andik sebagai programmer Tahoe Games menjelaskan dulunya adalah seorang dosen. Ia memilih untuk resign dan berkarya membuat game di Tahoe Games. Sedangkan Kriswin Yuniar, pekerjaannya dulu sebagai pramuniaga minimarket.
“Jadi pramuniaga di minimarket 8 bulan, dan pernah bantu teman jual kripik di halte-halte. Justru saya tidak punya latar belakang kuliah jurusan desain karena saya lulusan SMA. Kebetulan saya hobi menggambar, lalu ikutan komunitas komik dan di situ mulai mengenal menggambar dengan Photoshop. Terus saya mulai terjun ke game tahun 2013 ke Surabaya. 2015 itu saya ketemu Robertus Rahadian Haris, founder-nya Tahoe Games, adiknya mas Andik, dan saya mulai join. Ternyata di Kediri juga ada studio game, kenapa saya jauh-jauh ke Surabaya,” ungkapnya.
Dalam bincang-bincang di akun YouTube ini, Abdullah Abu Bakar menanyakan alasan memilih nama Tahoe Games, lalu awal mula berdirinya, dan siapa yang menjadi anggota studio ini.
"Tahun 2011 itu, adik saya (Robertus Rahadian Haris) bikin game dan diberi nama studionya Useless sampai 2015. Pada tahun itu pula mulai ada perkembangan di game-nya adik kemudian mau branding dengan nama yang baru supaya mudah dikenal, kami beri nama Tahoe, karena Kota Kediri terkenal sebagai kota tahu,” kata Andik.
Lebih dalam lagi, Wali Kota Kediri juga menggali bagaimana pendapat Tahoe Games terkait stigma negatif yang dari dulu ada tentang orang bermain game. "Kalau bermain game itu bisa jadi anak yang bodoh, bagaimana menurut anda?," tanya Mas Abu, sapaan akrab Wali Kota Kediri.
"Bermain game itu sebenarnya melatih logika secara tidak kita sadari. Seperti halnya game strategi atau game perang-perangan, action. Selain itu, tanpa kita sadari game-game kan produk luar dan bahasanya bahasa Inggris, sehingga kita bisa belajar dari situ dan lebih mudah. Dulu waktu kuliah kita selain hanya bisa bermain game, kita juga dianjurkan bisa membuat game karena marketplace terbuka lebar," kata Kriswin game artist Tahoe Games.
Wali Kota Kediri juga bertanya cara seorang gamers bisa menghasilkan uang. Sehingga, para orang tua yang memiliki anak gemar bermain game agar bisa diarahkan ke hal yang positif, seperti cara membuat game.
Lebih lanjut, Mas Abu menuturkan karya Tahoe Games ini tidak hanya dikenal di Indonesia saja, bahkan sudah mendunia. Terbukti, pernah menjuarai perlombaan game dan juga masuk nominasi di Taiwan dan juga Korea.
"Kalau Tahoe Games sendiri, cara kalian masuk di industri game atau cara mendapat uang dari industri game seperti apa?," tanya Mas Abu mendalami.
Menurut Andik, sebenarnya karya apapun ada market-nya, apalagi sudah digital. "Jadi kayak game ini semua orang bisa buat market seperti halnya Rising Hell ini, market-nya di Steam (steampowerd.com) itu ada marketplace-nya untuk menerima game-game yang kita bikin. Kemudian nanti bisa dibeli oleh orang-orang yang memerlukan. Selain itu, kita juga bisa email ke publisher-publisher yang ada di dunia. Contoh publisher namanya Kiz10 (kiz10.com)," jelasnya.
"Cuma terkadang sebenarnya kita mulai dari komunitas supaya kita dilirik, karya kita bagus atau tidak. Dari komunitas itu ada publisher yang sudah bagus dari Jakarta, Bandung, maupun Surabaya. Itu bisa bantu kita untuk pendanaan untuk publish game kita. Kemudian dari situ kita bisa belajar dan bisa publish sendiri ke depannya dan bisa dapat uangnya," tambah Andik. (uji/rev)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO