Tafsir Al-Kahfi 19-20: Ibadah, Mendaftar Barang yang Hendak Dibeli

Tafsir Al-Kahfi 19-20: Ibadah, Mendaftar Barang yang Hendak Dibeli Ilustrasi

Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*

19. Wakadzaalika ba’atsnaahum liyatasaa-aluu baynahum qaala qaa-ilun minhum kam labitstum qaaluu labitsnaa yawman aw ba’dha yawmin qaaluu rabbukum a’lamu bimaa labitstum faib’atsuu ahadakum biwariqikum haadzihi ilaa almadiinati falyanzhur ayyuhaa azkaa tha’aaman falya/tikum birizqin minhu walyatalaththhaf walaa yusy’iranna bikum ahadaan.

Dan demikianlah Kami bangunkan mereka, agar di antara mereka saling bertanya. Salah seorang di antara mereka berkata, “Sudah berapa lama kamu berada (di sini)?” Mereka menjawab, “Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari.” Berkata (yang lain lagi), “Tuhanmu lebih mengetahui berapa lama kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, dan bawalah sebagian makanan itu untukmu, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan jangan sekali-kali menceritakan halmu kepada siapa pun.

20. Innahum in yazhharuu ‘alaykum yarjumuukum aw yu’iiduukum fii millatihim walan tuflihuu idzan abadaan

Sesungguhnya jika mereka dapat mengetahui tempatmu, niscaya mereka akan melempari kamu dengan batu, atau memaksamu kembali kepada agama mereka, dan jika demikian niscaya kamu tidak akan beruntung selama-lamanya.”

TAFSIR AKTUAL

Ketujuh, selektif dalam memilih makanan. Termasuk di dalamnya membeli makanan yang terbaik. "..fal yandhur ayyuha azka tha'ama". Ayat ini mengajari kita bagaimana memilih makanan yang baik, sekaligus cerdas dalam berbelanja. Konteksnya memang masalah makanan. Belilah makanan yang terbaik (azka tha'ama). Yaitu makanan yang dibutuhkan oleh tubuh, oleh kesehatan, bukan yang diingini oleh selera. Yaitu makanan bergizi, bersih dan sehat. Sebagai seorang muslim, tentunya yang "halala - thayyiba", halal dan bagus.

Era kuliner, kebanyakan penduduk negara berkembang lebih mengedepankan rasanya, uenaknya, ketimbang manfaatnya. Untuk itu, diupayakan memasak yang sehat sekaligus enak. Tidak sama dengan di negara maju. Ibu-ibu rumah tangga menyajikan makanan sehat untuk keluarga. Kalau pingin makan enak, ya ke restoran.

"azka" (bersih, suci). Kata ini biasanya dipakai untuk kesucian dan kebersihan jiwa. Seperti perilaku taqwa, pemaaf, jujur, sosial, dsb. Tapi di sini dipakai untuk sifat makanan. Artinya, hendaknya orang beriman tidak sekadar makan kenyang, memenuhi kebutuhan hidup dan selera, tetapi diarahkan lebih kepada manfaat agama. Makanan itu menjadi energi untuk beribadah dan meningkatnya ketaqwaan kepada Allah SWT. Energi bagus menghasilkan perilaku bagus.

Dan justru inilah yang membedakan antara makanan yang dikonsumsi oleh orang beriman dan orang tidak beriman. Sehat memang penting dan sangat penting. Tapi, setelah sehat, what next? Untuk apa? Jika hanya untuk kenyamanan, santai, dan kesenangan, lalu apa bedanya dengan hewan? Kehidupan hewan adalah menikmati makan dan bersenang-senang.

Justru Rasulullah SAW memberi peringatan keras terhadap orang yang sehat (al-shihhah) dan menganggur (al-faragh). Sehat dan nganggur, tidak beraktivitas adalah bencana bagi umat manusia, maka harus dihindari. Menurut jurnal amal, dibanding sehat dan nganggur, lebih baik sakit dan beristighfar.

Untuk itu, berhati-hatilah jika anda telah diberi Tuhan bisa mengonsumsi makanan sehat, bisa olah raga teratur, hingga kesehatan badan anda prima. Jika kesehatan itu anda gunakan untuk meningkatkan amal taqwa, maka anda termasuk hamba-Nya yang bersyukur, tentu Tuhan sangat senang. Sebaliknya, jika kesehatan itu hanya digunakan untuk santai, berhibur, apalagi maksiat, maka anda tahu sendiri bagaimana perasaan Tuhan.

Kedelapan, cerdas berbelanja, (.. fal yandhur). Katanya "wanita Indonesia itu paling pandai berbelanja". Sindirnya, wanita itu lebih pandai membelanjakan daripada mencari uang. Rasanya, rata-rata wanita di dunia, ya seperti itu. Meskipun ini tidak mutlak benar, setidaknya bagus untuk dipetik sebagai nasihat.

Di televisi, utamanya menjelang hari raya, sering tayang acara "belanja cerdas". Narasumbernya menganjurkan mencatat lebih dahulu barang-barang yang mesti dibeli, detail dan pasti. Tentunya yang perlu dan dibutuhkan dan sesuai dompet. Kritiknya, bahwa sering kali kita tergoda oleh aneka barang yang ditawarkan, apalagi ada diskonan. Jadinya, malah lupa membeli barang yang diperlukan.

Sungguh benar Tuhan menyindir: "... fal yandhur", (berpikir-lah). Berpikir sebelum membeli. Maka tidak berlebihan bila diambil pelajaran, bahwa "mencatat barang belanjaan sebelum belanja, termasuk bagian dari ibadah". Ya, karena demi menghindari kemubadziran. Orang bijak itu membeli barang yang dibutuhkan, bukan yang diingini.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO