Tafsir Al-Kahfi 11-12: Antara Telinga dan Tidur

Tafsir Al-Kahfi 11-12: Antara Telinga dan Tidur Ilustrasi tidur.

Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*

11. Fadharabnaa ‘alaa aadzaanihim fii alkahfi siniina ‘adadaan

Maka Kami tutup telinga mereka di dalam gua itu, selama beberapa tahun.

12. Tsumma ba’atsnaahum lina’lama ayyu alhizbayni ahsaa limaa labitsuu amadaan

Kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah di antara ke dua golongan itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa lamanya mereka tinggal (dalam gua itu).

TAFSIR AKTUAL

Para pemuda goa itu berhasil selamat dari kekejaman raja kafir yang jahat. Mereka bersembunyi di dalam goa dan beristirahat di sana. Lantas, ayat kaji ini mengungkap langkah Tuhan berikutnya, yakni menutup pendengaran mereka sementara. Mereka tidak bisa mendengar suara apa-apa yang terjadi di sekitarnya. "fa dlarabna 'ala adzanihim fi al-kahf". Tindakan Tuhan ini adalah wujud dari terkabulnya doa mereka sebelumnya.

Akibatnya, jiwanya sangat tenang bak gadget yang di-silent-kan. Nah, di situlah awal Tuhan menidurkan mereka di dalam goa tersebut, lelap sekali, hingga berlangsung beberapa tahun nonstop "sinin a'dada".

Ayat ini membuat kalangan ilmuwan arab terkagum-kagum, betapa al-qur'an mengunggah, bahwa telinga atau pendengaran adalah jendela utama dari jiwa manusia. Pada konteks ini, pendengaran digarap duluan oleh Allah SWT sebagai saklar menghidupkan dan mematikan. Dengan tidak bisa mendengar apa-apa, maka itu awal tidur dimulai. Jika masih mendengar, maka belum tidur. Tuhan tidak mengatakan "kami tidurkan" tapi mengatakan "kami buntu telinga mereka".

Dari sini, ulama' fiqih membuat rumus tentang tidur yang dianggap membatalkan wudlu dan yang tidak. Jika seseorang punya wudlu alias suci dari hadas kecil, lalu mengantuk berat dan riyep-riyep, apakah wudlunya batal atau tidak?

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO