Kades di Gresik Sambat: Sulit Cari Alat, Obat, hingga Ekonomi Warga Oleng Karena Corona

Kades di Gresik Sambat: Sulit Cari Alat, Obat, hingga Ekonomi Warga Oleng Karena Corona Nurul Yatim, Ketua AKD Gresik.

GRESIK, BANGSAONLINE.com - Ketua Asosiasi Kepala Desa (AKD) Kabupaten Gresik, Nurul Yatim, mengungkapkan saat ini para kepala desa (Kades) dipusingkan dengan susahnya mencari alat thermo gun dan bahan membuat disinfektan untuk mencegah sebaran virus Corona di wilayah mereka.

Terlebih, desa-desa yang warganya kebanyakan bekerja sebagai perantauan di luar Gresik, khususnya bekerja di luar negeri (LN) sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI), maupun bekerja di daerah yang ditetapkan zona merah Covid-19. Para pekerja tersebut lanjut Nurul Yatim, saat ini telah berbondong-bondong pulang kampung.

"Saat ini, banyak warga kami yang merantau pulang. Khususnya mereka yang bekerja menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang negaranya telah ditetapkan lockdown (isolasi) dampak Covid-19, dan bekerja di daerah yang ditetapkan masuk zona merah," ujar Nurul Yatim kepada BANGSAONLINE.com, Sabtu (28/3).

Ia menyontohkan sejumlah warga asal Kecamatan Dukun, Panceng, dan Ujungpangkah yang banyak bekerja jadi TKI dan bekerja di Jakarta. Saat ini mereka berbondong-bondong pulang kampung.

Pasca wabah Covid-19 melanda Kabupaten Gresik, lanjut Nurul Yatim, para Kades harus melakukan upaya melakukan pemantauan terhadap mereka untuk mencegah sebaran Covid-19 di daerah mereka. Namun, upaya Kades terhambat sulitnya mencari alat thermo gun maupun bahan untuk membuat disinfektan.

"Saat ini mencari thermo gun untuk mendeteksi suhu tubuh maupun disinfektan susahnya minta ampun. Kalau ada harganya selangit," ungkapnya.

Terkait hal ini, Nurul Yatim meminta Satuan Tugas Penanggulangan Bencana Non Alam dan Percepatan Penanganan COVID-19 Gresik memberikan perhatian atas keluhan Kades.

Sebab, lanjut Nurul Yatim, tingginya angka pekerja yang pulang kampung dari daerah terpapar Covid-19, tak diimbangi dengan cepatnya petugas Dinas Kesehatan (Dinkes) untuk jemput bola mengecak kondisi mereka. 

"Kami kalau lapor ada TKI atau warga kami yang pulang kerja dari Jakarta dan daerah lain terpapar Covid-19, selang tiga hari baru diperiksa. Alasan petugas, k arena tak ada alat cukup dan keterbatasan petugas," ungkapnya.

Pada kesempatan ini, Nurul Yatim juga mengungkapkan bahwa saat ini kondisi perekonomian masyarakat di desa mulai oleng akibat wabah Covid-19. Banyak warga yang harus tinggal di rumah mengikuti anjuran pemerintah tak bisa cari penghasilan. Nurul Yatim berharap kepada Pemerintah agar benar-benar bisa menjaga stabilitas harga kebutuhan pokok.

Sekadar diketahui, tren sebaran Covid-19 di Kabupaten Gresik terus naik. Hal ini bisa dilihat dari data orang dalam risiko (ODR) Corona yang hingga Jumat (27/3) sudah mencapai 675. Kemudian 90 orang dalam pemantauan (ODP) dan 22 pasien dalam pengawasan (PDP). (hud/ns)