Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*
82. Wanunazzilu mina alqur-aani maa huwa syifaaun warahmatun lilmu/miniina walaa yaziidu alzhzhaalimiina illaa khasaaraan.
BACA JUGA:
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Abu Bakar R.A., Khalifah yang Rela Habiskan Hartanya untuk Sedekah
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Momen Nabi Musa Berkata Lembut dan Keras kepada Fir'aun
- Tafsir Al-Anbiya 48-50: Fir'aun Ngaku Tuhan, Tapi Tak Mampu Melawan Ajalnya Sendiri
- Tafsir Al-Anbiya' 41-43: Arnoud Van Doorn, Petinggi Partai Anti-Islam yang Justru Mualaf
Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al-Qur'an itu) hanya akan menambah kerugian.
TAFSIR AKTUAL
Bunda A'isyah R.A. meriwayatkan, bahwa ketika Rasulullah sakit, beliau membaca surah al-Mu'awwidzatain, al-Falaq dan al-Nas. Lalu meniupkan ke badan beliau. Hadis itu membahasakan tiupan dengan dua lafadh. Satu riwayat pakai kata "Tafala" dan riwayat lain pakai kata "Nafatsa".
Bedanya, kalau TAFALA itu tiupan yang disertai ada percikan air ludah, sedangkan NAFATSA, tiupan tanpa disertai percikan air ludah. Sementara NAFAKHA bermakna umum, tiupan pakai percikan ludah atau tidak.
Masih dari bunda A'isyah R.A. Beliau meriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW sering-sering mengobati diri sendiri dengan doa dan ayat-ayat al-Qur'an. Ketika sakit pada akhir hayatnya, beliau membaca al-Mu'awidzat, al-Falaq dan al-Nas berulang kali, lalu ditiupkan ke badan beliau.
Ketika sakit makin parah, nabi tetap membacanya, namun saya yang meniupkan ke badan beliau. Saya pun mengusap tapak tangan beliau, lalu saya usapkan ke badan beliau demi ngalap keberkahan.