Tafsir Al-Isra' 79: Shalat Tahajjud, Kunci Kemuliaan

Tafsir Al-Isra Ilustrasi

Sama dengan proposal yang diajukan kepada presiden. Lembaga pendidikan yang dekat dengan beliau biasanya lebih berpeluang dibantu dan besar lagi angkanya. Apalagi lembaga yang mendukung arah politiknya. Tidak sama dengan lembaga yang berlawanan politik, tentu kurang ditanggapi.

Makanya, banyak-banyaklah membaca shalawat kehadirat Rasulullah SAW secara khusyu' dan istiqamah. Bukan cengengesan dan show. Makanya, jangan membenci bershalawat, anda akan menyesal di padang makhsyar nanti. Anda sangat butuh bantuan, tetapi Rasulullah SAW tidak sudi melirik anda.

Kemudian ulama berbeda pandangan soal bentuk syafaat tersebut. Diambil pendapat paling sederhana, bahwa syafaat yang ada di tangan nabi itu ada yang umum dan ada yang khusus. Syafaat umum yaitu syafaat yang ditebar untuk semua umat manusia yang beriman berupa pengampunan. Besarannya terserah Tuhan.

Sedangkan syafaat khusus diberikan kepada orang tertentu sesuai kondisi masing-masing. Ada orang yang diputus bersalah dan harus disiksa di neraka, maka syafaat diberikan sebagai potongan hukuman bahkan pembebasan total. Ya kayak grasi atau amnesti. Lalu dimasukkan ke surga.

Ada umat nabi yang sudah diputus sebagai masuk surga, cuma kelasnya rendah. Syafaat diberikan kepadanya dengan dinaikkan ke kelas surga yang lebih tinggi. Ada juga umat Rasulullah SAW yang diberi syafaat berupa bebas dari hisab, bebas dari pengadilan akhirat, lalu terbang langsung ke surga. Mudah-mudah Allah SWT menganugerahi kita syafaat tersebut.

Kedua, maqam mahmud adalah tempat khusus di sisi Allah SWT yang diperuntukkan bagi Nabi Muhammad SAW saja, di mana tidak ada yang pantas bertempat di situ. Hal itu sebagai penghormatan spesial bagi nabi seperti tertera pada al-hadis terkait doa setelah adzan dikumandangkan. "Allahumm rabb hadzih al-da'wah al-tammah wa al-shalah al-qa'imah, ati muhammad al-wasilah wa al-fadlilah wa ib'atshu MAQAMA MAHMUDA al-ladzi wa'adtah..".

Dari sini bisa dikembangkan, bahwa reward yang diberikan Tuhan terhadap pelaku tahajjud berbeda. Untuk sekelas nabi Muhammad SAW adalah al-maqam al-mahmud yang spesial tadi. Sedangkan bagi umatnya tentu lebih rendah dari itu. Tapi tetap di dalam kawasan surga. Maka, mereka yang aktif shalat tahajjud sudah bisa dipastikan sebagai pemegang tiket surga.

Ketiga, tafsir aktual menyodorkan aktualisasi ayat tahajud ini, bahwa tahajjud adalah kunci kemuliaan seseorang. Maqam mahmud tidak saja ada di akhirat nanti, melainkan bisa pula diakses di dunia kini, berupa kedudukan mulia di sisi Tuhan. Barang siapa yang ingin mulia, ingin mendapat kehormatan di sisi Allah SWT dan juga terhormat di sisi para malaikat, juga terhormat di sisi manusia, silakan aktif shalat tahajud.

Mengapa shalat tahajjud bisa menyebabkan seseorang menjadi mulia, punya maqam mahmud?

Membicarakan persoalan "mengapa" terkait hukum sebab - akibat, ada dua pendapat. Pertama, para ulama' yang berdasar pemikiran tafwidl, menitik beratkan persoalan kepada kemutlakan kehendak Allah SWT. Jadi, ya begitu itu kehendak-Nya. Tuhan dengan mau-Nya sendiri memilih tahajjud sebagai media kemuliaan, titik. Maka tidak perlu dicari apa sebabnya, karena belum tentu benar. Di sini, Tuhan tidak terikat oleh hukum sebab dan akibat. Tidak semua sesuatu berjalan di atas hukum sebab dan akibat.

Kedua, ulama yang mengidolakan hukum sebab dan akibat. Maka, bagi mereka, mencari penyebab dari sebuah kebijakanTuhan itu tidak salah, bahkan penting. Tidak salah, karena beberapa hukum yang digariskan Tuhan sendiri mencerminkan adanya sebab-akibat. Api berakibat panas, makan berefek kenyang, olah raga menyebabkan sehat dan sebagainya.

Dikatakan sebagai penting, karena perintah-Nya sendiri menyuruh manusia berpikir terhadap ciptaan atau firman-Nya. Dengan menemukan faktor yang diyakini sebagai penyebab sebuah kebijakan Tuhan akan memacu manusia beriman lebih semangat dan menekuni, sekaligus lebih merunduk di hadapan Tuhan. Sebab-sebab itulah yang kemudian diistilahkan sebagai wajh al-hikmah.

Shalat tahajjud sungguh wujud nyata keseriusan seorang hamba untuk hadir ke pangkuan Tuhan, meski kondisi badan sedang di tengah-tengah tidur lelap. Hamba itu mampu mengalahkan nafsunya sendiri demi bermunajah dengan Tuhan di malam hari.

Pada pertemuan ini, sang hamba bisa sowan sendirian dan berbisik sendirian dengan Tuhan. Dalam keheningan malam, suasana sangat kondusif bagi siapa saja yang hendak menunaikan hajatnya. Tahajjud bagaikan mengetuk pintu Tuhan dan dipersilakan masuk ruangan hanya berduaan. Di situ, lobi, permohonan, dan tangisan lebih berpotensi mengunduh rahmat Tuhan.

Anda membagi uang kepada anak-anak anda secara serentak dengan besaran yang sama. Jika di majelis itu ada seorang anak yang meminta tambahan karena ada kebutuhan lain, maka kecil kemungkinannya anda kabulkan, karena pertimbangan tertentu, keadilan, membuat iri yang lain dan lain-lain.

Beda ceritanya, jika si anak tadi datang sendirian dan mengetuk pintu kamar anda pada malam hari. Lalu merayu anda meminta uang tambahan. Bisa dipastikan, anda akan belas kasihan dan memberi. Maka jangan heran jika ada orang yang derajatnya beda dengan yang lain, meski ilmunya sama atau bahkan lebih rendah. Bisa jadi karena power tahajjudnya.

*Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag adalah Mufassir, Pengasuh Rubrik Tafsir Alquran Aktual HARIAN BANGSA, dan Pengasuh Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an (MQ), Tebuireng, Jombang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO