SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Silaturahmi forum komunikasi pimpinan daerah (Forkopimda) Jawa Timur yang rencananya juga akan dibuka ruang dialog dengan perwakilan mahasiswa, Selasa (8/10) malam, di Gedung Negara Grahadi batal terjadi. Pasalnya, ada miskomunikasi yang menyebabkan proses dialog menjadi gagal.
Airlangga Pribadi Kusman, selaku fasilitator pertemuan silaturrahim antara elemen mahasiswa dengan Gubernur Jatim dan Forkompimda mengatakan bahwa kegiatan silaturrahim ini adalah kegiatan rutinan yang dilakukan oleh Forkompimda Jatim dengan elemen mahasiswa dan kebetulan sekarang gilirannya Gubernur Jatim.
BACA JUGA:
- Safari Ramadhan di Madiun, Pj. Gubernur Adhy Bagikan Zakat Produktif, Tali Asih, dan Santunan Yatim
- Nuzulul Quran, Pj Gubernur Jatim Ajak ASN-Masyarakat Giatkan Tadarus dan Cinta Quran
- Di Sidang Paripurna Raperda RUED, Pj Gubernur Jatim Sebut Potensi EBT Capai 188.410 MW
- Stop Buang Air Besar Sembarangan, Pj Gubernur Jatim Ajak 8 Daerah Teken Komitmen Bersama
Dijelaskan Angga sapaan akrab dosen FISIP Unair itu, elemen mahasiswa memang minta dikomunikasikan kepada Gubernur melalui dirinya untuk bisa berdialog terkait dengan apa yang mereka selama ini serukan dalam aksi.
“Nah sepertinya ada miskomunikasi sehingga sebetulnya kami sendiri minta maaf kepada Gubernur, kepada Kapolda, dan Pangdam terkait dengan peristiwa ini. Tapi saya pikir bahwa ini bisa diperbaiki karena persoalannya itu ada miskomunikasi yang memang perlu dikelola lebih baik bahwa hubungan antara Gubernur sebagai kepala daerah dengan rakyatnya terutama dengan kalangan mahasiswa, saya pikir akan tetap bisa dijalankan secara harmonis,” tutur Airlangga, Rabu (9/10) dini hari.
Angga melanjutkan, dalam konteks ini, tentunya mahasiswa juga bisa introspeksi diri bahwa dalam proses dialog dan undangan itu selain pada terkait dengan isu atau wacana-wacana yang ditawarkan harus jelas dan juga yang paling penting adalah keadaban dalam berdialog, yang mana itu adalah bagian dari kebudayaan Indonesia, bahkan budaya dunia.
“Artinya bahwa kalau terkait ada orang datang ke setiap rumah atau tempat itu biasanya akan disuguhi makanan dan minuman, itu adalah hal yang biasa sebetulnya. Dan bagi pihak tamu juga seharusnya menghormati. Kita masih perlu melakukan pembelajaran dalam berpolitik yang santun dan beradab dan pembelajaran demokrasi,” beber Airlangga Pribadi.
“Sementara soal kehadiran Kapolda dan Pangdam dalam proses dialog karena mereka memang siap hadir dalam dialog tersebut dan tidak ada tendensi, tidak ada preseden bahwa Gubernur menolak dialog. Sementara terkait dengan penghormatan, saya pikir bahwa kalau kita lihat dari istana sampai di gubuk, dari orang kaya sampai orang miskin, kalau ada misalnya seseorang datang ke sebuah rumah siapa pun yang disediakan makanan pasti dimakan dan diminum karena itu adalah bagian dari keadaban,” tuturnya.