Tafsir Al-Isra' 70: Makan dan Matilah

Tafsir Al-Isra Ilustrasi.

Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*

70. Walaqad karramnaa banii aadama wahamalnaahum fii albarri waalbahri warazaqnaahum mina alththhayyibaati wafadhdhalnaahum ‘alaa katsiirin mimman khalaqnaa tafdhiilaan.

Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.


TAFSIR AKTUAL

Setelah mewarning manusia durhaka dengan berbagai azab yang bisa datang sewaktu-waktu, baik saat di darat maupun di laut, kini Tuhan membelai anak cucu Adam tangan kasih dan menyervisnya dengan berbagai pemanjaan. Ada empat item ditutur pada ayat ini, yakni:

Pertama, al-takrim atau pemuliaan. "walaqad karramnaa banii adam". Pemuliaan manusia sebagai makhluq Tuhan berderajat paling tinggi. Lalu, apa bentuk "takrim" tersebut? Yang paling disepakati oleh ulama' adalah dianugerahi akal sehat dan bentuk fisik yang sempurna.

Dengan piranti demikian, maka manusia layak diamanati mengemban agama. Dengan agama itu, manusia yang taat akan mendapat kebaikan dan derajat tinggi, melampaui derajat malaikat. Sementara yang durhaka bakal sengsara dan ndelosor di bawah derajat hewan melata.

Sisi fisik, makhluq apapun tidak ada yang lebih sempurna melebihi manusia. Tampilan menjadi makin keren setelah dilengkapi dengan pakaian, aksesoris, dan perhiasan. Sekian ribu model pakaian dan aksesoris untuk pria dan wanita, tradisional, dan modern. Kacamata menambah tampan dan topi membuat trendy. Hal mana tidak akan seindah itu bila dikenakan pada binatang. Paling, membuat lucu dan terkesan dipaksakan.

Kedua, haml, (wahamalnaahum fii albarri). Diservis bisa menikmati segala fasilitas Tuhan, baik di darat maupun di laut. Di darat, sangat maklum. Kita bisa berbuat apa saja, bikin rumah, berdagang, rekreasi, berkendara, berolah raga, berpesta, tahlilan, yasinan, kampanye, dan lain-lain.

Kini, di laut juga serupa adanya. Manusia bisa plesiran, diving, snorkling, fishing, sailing, bahkan berbulan madu di kapal mewah. Malah ada yang melangsungkan akad nikah dan pesta di kedalaman laut. Tidak sama dengan hewan. Hewan darat tidak bisa menikmati alam laut, dan hewan laut tidak bisa menikmati alam darat.

Ketiga, rizq, (warazaqnaahum mina alththhayyibaati). Dianugerahi rezeki yang bagus-bagus dan sangat bervariasi. Sementara binatang hanya mengomsumsi makanan yang dicipta khusus baginya, lain tidak. Maka tidak ada ceritanya ayam makan rujak cingur meski selapar apapun. Ayam lebih ikhlas ditakdir mati kelaparan ketimbang makan makanan yang tidak sesuai dengan kurikulumnya.

Manusia justru layak disebut sebagai pemakan segala dan memang begitu adanya. Maka manusia bisa hidup sehat dan bagus karena mau makan segala dengan bijak dan benar, tetapi juga bisa cepat legrek dan mati karena memakan segala dengan nafsu dan ngawur.

Bahasa yang dipakai oleh ayat ini sangat mengagumkan, mengandung rahasia makna yang relevan dan matching. Parhatikan, bahwa bahasan pokoknya adalah soal makanan (rezeki). Bahasa sapa yang dipakai adalah anak Adam, manusia (bani Adam), lintas agama, dan lintas apa-apa.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO