SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Di depan 1.701 mahasiswa baru (maba) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak mendorong para mahasiswa menjadi agen perubahan (agent of change). Dengan menjadi agen perubahan, mereka diharapkan bisa lebih kritis dalam melihat suatu masalah dari sudut pandang dua sisi (cover both side) sebelum menyimpulkannya.
“Kita mengharapkan mahasiswa bisa menjadi agent of change. Who watch things happen critically. Mahasiswa jangan hanya sekadar tahu, tapi juga memahami suatu masalah secara kritis,” katanya saat menghadiri Rapat Senat Terbuka Unusa Pengukuhan Mahasiswa Baru Tahun Akademik 2019/2020 di Dyandra Convention Center Surabaya, Senin (16/9).
Emil mengatakan, agen perubahan tersebut baik untuk diri sendiri, keluarga, komunitas, almamater, masyarakat, bangsa dan negara serta dunia. Namun, semua perubahan tersebut harus dimulai dari diri sendiri.
“Bagaimana kita bisa merubah dunia kalau kita tidak bisa merubah kebiasaan kita. Jadi semua dimulai dari diri sendiri. Apalagi mahasiswa selalu dianggap bagian dari perubahan sejak zaman dulu. Hal tersebut terlihat sejak gerakan kepemudaan mulai dari tahun 1928 yang kemudian melahirkan Sumpah Pemuda,” katanya.
Menurut Emil, ada empat tipe mahasiswa yang saat ini ia nilai. Pertama, mahasiswa yang hanya melihat sesuatu terjadi (students who watch things happen), kedua, mahasiswa yang terlibat di dalam suatu perubahan terjadi (students to whom things happen), ketiga, mahasiswa yang tidak tahu apa yang sedang terjadi (student who don’t know that is happening) dan keempat, mahasiswa yang membuat sesuatu perubahan terjadi (students who make things happening).
“Di era saat ini tidak mungkin kita tidak tahu apa-apa. Contohnya semisal kita dapat info dari WhatsApp jangan sekadar langsung share saja. Mahasiswa harus kritis mendalami pesan tersebut, memahami sumber dan keakuratannya sebelum share. Ini juga untuk mencegah hoax,” katanya.
Menurutnya, kemampuan berpikir general sangat penting untuk SDM ke depan. Mahasiswa harus bisa mengasah pola pikir dan memiliki framework of thinking, bisa melihat realita, mendalami, kemudian menyimpulkan melalui kerangka logika dan berpikir yang kuat.
Dalam tipe students to whom things happen, sebut Emil, mahasiswa diharapkan ikut terlibat dalam organisasi, sehingga mampu merasakan dan ikut melakukan sesuatu. Mereka juga perlu mengambil peran aktif baik sebagai ketua organisasi maupun anggota.