​KPK Panggil Sekjen PBNU, Helmy Faishal Zaini Ngaku Ada di Bangkalan

​KPK Panggil Sekjen PBNU, Helmy Faishal Zaini Ngaku Ada di Bangkalan Helmy Faishal Zaini. foto: istimewa

JAKARTA, BANGSAONLINE.com - Komisi Pemberantasan Korupsi () memanggil Sekretaris Jenderal (Sekjen) Helmy Faishal Zaini. Politikus Partai Kebangkitan Bangsa () itu dijadwalkan diperiksa hari ini, Kamis (15/8/2019).

Namun, anak buah Muhaimin Iskandar (Cak Imin) itu mengaku belum menerima surat panggilan . Ia juga mengaku masih ada di Bangkalan Madura sehingga belum bisa memenuhi panggilan .

."Saya di Bangkalan. Belum terima surat, [Jadi] tidak tahu," kata Helmy Faishal Zaini, Kamis (15/8/2019). "Saya tidak tahu," tambah Helmy Faishal Zaini seperti dikutip Tirto.

Juru Bicara Febri Diansyah mengatakan, Helmy Faishal itu akan diperiksa sebagai saksi untuk tersangka Hong Arta John Alfred (JA). "Hari ini, yang bersangkutan dijadwalkan diperiksa sebagai saksi untuk tersangka HA terkait kasus menerima hadiah atas proyek di Kementerian PUPR," katanya saat dikonfirmasi, Kamis (15/8/2019).

menjadwalkan pemeriksaan terhadap Helmy Faishal Zaini terkait kasus korupsi proyek jalan Kementerian PUPR tahun 2016 di beberapa daerah. Sebelumnya, Jazilul Fawaid, anggota DPR RI dari juga dipanggil . Tapi orang dekat Cak Imin ini juga mangkir. menjadwal ulang pemanggilan Wakil Sekjen DPP asal Bawean Gresik Jawa Timur itu.

Menurut Febri Diansyah, Jazilul Fawaid belum bisa memenuhi panggilan karena sedang naik haji. Selain Jazil – panggilan Jazilul Fawaid - juga menjadwalkan memeriksa Fathan, juga anggota DPR dari FKB. Namun anak buah Cak Imin ini juga mangkir.

Pada 12 Agustus 2019, penyidik juga memeriksa anggota Komisi V DPR RI Fraksi Partai Hanura Fauzih H Amroh dan sejumlah mantan anggota DPR lainnya.

Seperti diberitakan bangsaonline.com, Hong Arta adalah Direktur dan juga Komisaris PT Sharleen Raya (SR) JECO Group. Perusahaan itu rencananya mau melakukan pekerjaan proyek infrastruktur di Kementerian PUPR.

Nah, untuk memenangkan proyek itu, Hong Artha diduga menyuap Kepala Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN) IX Maluku dan Maluku Utara Amran Hi Mustary dan Anggota DPR Damayanti.

Awalnya, kasus ini mencuat dari operasi tangkap tangan (OTT) pada 13 Januari 2016 yang menangkap anggota Komisi V DPR RI periode 2014 2019 Damayanti Wisnu Putranti dan tiga orang lainnya di Jakarta.

menemukan uang 99 ribu dolar Amerika. Duit itu diduga sebagai suap untuk memuluskan proyek di Kementerian PUPR Tahun Anggaran 2016 untuk perusahaan Hong Artha.

Hong Artha dituduh melanggar Pasal 5 ayat (1) huruf a atau Pasal S ayat (1) huruf b atau Pasal 13 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 juncto pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. (tim)

Lihat juga video 'Resmi Dipecat! Novel Baswedan dkk Letakkan Kartu Identitas KPK':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO