Oleh: Dr. KH A Musta'in Syafi'ie M.Ag
Al-Isra': 24
BACA JUGA:
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Abu Bakar R.A., Khalifah yang Rela Habiskan Hartanya untuk Sedekah
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Momen Nabi Musa Berkata Lembut dan Keras kepada Fir'aun
- Tafsir Al-Anbiya 48-50: Fir'aun Ngaku Tuhan, Tapi Tak Mampu Melawan Ajalnya Sendiri
- Tafsir Al-Anbiya' 41-43: Arnoud Van Doorn, Petinggi Partai Anti-Islam yang Justru Mualaf
وَاخْفِضْلَهُمَاجَنَاحَالذُّلِّمِنَالرَّحْمَةِوَقُلْرَّبِّارْحَمْهُمَاكَمَارَبَّيٰنِيْصَغِيْرًاۗ
Waikhfidh lahumaa janaaha aldzdzulli mina alrrahmati waqul rabbi irhamhumaa kamaa rabbayaanii shaghiiraan
Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.”
TAFSIR AKTUAL:
“Wa bi al-walidain ihsana...”. Perintah berbuat baik kepada kedua orang tua ini bersifat mutlak, tanpa ada syarat apa-apa. Kekafiran, kemusyrikan, kemunafikan, dan kejahatan separah apapun tidak menghilangkan hak orang tua untuk dihormati. Artinya, anak tetap wajib menghormati dan memuliakan kedua orang tuanya, apapun keadaannya. Berikut ini dipapar sebagian riwayat menyangkut kesaktian mereka:
Pertama, Sa’d ibn aby Waqash. Sejak kecil dia sangat dimanjakan ibunya hingga wajar berjuluk ‘anak mama’. Selain berparas ganteng, Sa’d tumbuh sebagai pemuda manja, tapi tidak cengeng, melainkan cerdas dan punya prinsip. Diam-diam dia masuk Islam tanpa sepengetahuan ibunya yang masih kafir banget.
Begitu ibunya tahu, dia memaksa Sa’d harus kembali ke agama nenek moyang, tapi Sa’d menolak. Bersitegang seru sekali hingga si ibu menjemur diri dan berguling-guling di bebatuan padang pasir yang sangat panas. Tujuannya untuk menarik perhatian Sa’d agar iba dan mau kembali kafir. Tapi Sa’d tidak goyah dengan trik klise tersebut.
Karena gagal, lalu melakukan skenario baru yang lebih serius. Sang ibu benar-benar mogok makan hingga lemas dan pingsan. Begitu sadar, Sa’d menghampiri dan berkata: “Wahai ibu, andai ibu punya seratus nyawa dan setiap hari lepas satu per satu, saya tidak bakalan melepas keimanan yang kini telah saya genggam”. Sa’d kemudian berlalu meninggalkan rumah menuju Rasulullah SAW dan Rasul memuji prinsip Sa’d yang kokoh, tapi dinasehati agar tetap berbuat baik kepada orang tua.