Sumamburat: Penjarahan Haram Atas Nama Gempa

Sumamburat: Penjarahan Haram Atas Nama Gempa Dr H Suparto Wijoyo.

Oleh: Suparto Wijoyo*

SAYA tersedak dalam cekam di kala gempa menerjang Palu, Donggala dan Mamuju dengan kekuatan 7,4 skala Richter pada Jumat, 28 September 2018. Sapuan tsunami menggelombang dan amblesan tanah sontak menderakan duka. Beribu korban melayangkan nyawa, sementara rumah, gedung dan bangunan terkoyak lunglai dalam nestapa tak terkira.

Alam sedang menunjukkan kuasa Allah SWT betapa daulat rakyat tidak berdaya menghadapi kedigdayaan-Nya. Jerit kegemparan dan tangis tumpah dengan lelehan air mata selaksana bah yang “menenggelamkan” peradaban. Perihnya jiwa raga menyerta menyesakkan keluarga besar para sahabat yang keluarganya hingga kini belum terketahui nasibnya. Lantunan doa dan panjatan pertolongan terus dihidangkan ke hadirat-Nya untuk mengharapkan petunjuk.

Peristiwa Palu semakin menambah berjajarnya bencana akibat gempa yang menggoyang nusantara setelah “beranjang sana” di Lombok NTB pada 29 Juli, 5 Agustus, 19 Agustus 2018. Gempa yang susul-menyusul di Lombok itu seperti perburuan memperebutkan “pengorbanan” dan penderitaan harus ditanggung tanpa jeda.

Peristiwa ini menguji kesekian kalinya bangunan solidaritas nasional anak bangsa. Dan saya menyertakan tambatan doa di kelas-kelas perkuliahan agar setiap jiwa sudi menebarkan bantuannya meski selantun doa. Ini adalah panggilan bilamana manusia menyadari bahwa setiap gempa itu ada ayat-ayat Tuhan yang niscaya perlu dikaji dengan tanggungjawab.

Bacalah ayat-ayat Al-quran dari Surat Az-Zalzalah: 1-8, Al-Waaqiah: 4-6, Al-Haaqqah: 14-15, Al-Muzammil: 14, Al-Insyiqaaq: 3-5, Al-Fajr: 21, dan An-Nahl: 26 maupun lainnya. Kisah yang memberikan persaksian bagaimana Allah SWT menggoyang bumi, menghancurkan rumah, fondasi-fondasi bangunan, atap yang diterbangkan, lautan yang digelombangkan. Semua bersaksi atas laku manusia dan menguji ketabahannya dengan menyelami hikmah yang terekam. Ulasan-ulasan mengenai hal ini mengingatkan saya pada buku Az-Zalaazil fil Al-Quranil Karim karya Zaghlul Raghib Muhammad An-Najar yang menyentak perhatian publik Mesir sejak tahun 2007.

Gempa bumi telah menjadi fenomena faktual yang dikabarkan dalam Alquran hingga menjadi “kurikulum kehidupan” bagi muslim untuk menyadarinya dan mempersiapkan dirinya. Terhadap apa yang terekam di Palu, saya sangat terharu atas sikap responsif kesetiakawanan nasional yang diulurkan oleh beragam komunitas lokal dan nasional serta bangsa-bangsa di dunia. Gelombang donasi melalui rahasia Illahi yang tidak bertepi disalurkan oleh insan-insan pilihan. Turki pun turut serta memanggul penderitaan saudara-saudara di sini.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO