TUBAN, BANGSAONLINE.com - Seminggu sudah warga Desa Jatisari, Kecamatan Senori dan sekitarnya dibisingkan oleh kegiatan demobilisasi (proses pengembalian) alat berat milik perusahan Pertamina EP yang melintas di jalan penghubung antar desa, meliputi Desa Sidoharjo, Wangluwetan, Wanglukulon, Jatisari, dan Medalem, Kecamatan Senori.
Demobilisasi alat berat ini terjadi pada malam hari hingga dini hari menjelang waktu sahur. Sejumlah masyarakat mengaku terganggu dengan proses tersebut. Apalagi mereka mengungkapkan bahwa selama ini belum ada pemberitahun dari pihak manapun jika jalan antar desa itu akan dilalui kendaraan-kendaraan bertonase berat.
BACA JUGA:
- Curi Pipa Pertamina EP, 5 Warga Senori Ditangkap Polisi
- Terganggu Aktivitas Well Test, Warga Ngambon Bojonegoro Demo Pertamina
- Lulus PEM Akamigas, 108 Putra-putri Terbaik Bojonegoro Siap Kerja di Lapangan Gas J-TB
- Pertamina EP Cepu Zona 11 Regional Jawa Timur Gelar Sosialisasi Pengeboran Sumur Kasuari Emas
Selain berat, kendaraan-kendaraan tersebut juga panjang, lebar, dan tinggi. Tak pelak, rumah-rumah milik warga yang acap kali menerima dampak laju aktivitas alat berat tersebut.
A Faqih warga Desa Jatisari, misalnya. Kepada BANGSAONLINE.com, Kamis (7/6), ia mengungkapkan terdapat sejumlah pagar tembok milik warga yang mengalami retak akibat dampak getaran melintasnya kendaraan berat tersebut.
Ia mengatakan kendaraan-kendaraan itu melaju cukup cepat. "Kendaraan itu dikawal mobil patroli yang ikut membunyikan sirine pada malam hari. Itu artinya, alat berat yang melintas sepanjang pemukiman warga terindikasi melaju di atas 30 kilometer," ungkap Faqih.
"Tiap malam pukul 00.00 - 02.00 WIB seperti itu. Terkadang anak saya yang baru berusia setahun sampai terbangun," terangnya.
Sementara Ulin, warga lain mengungkapkan hal senada. Menurutnya, dampak negatif lain dari demobilisasi itu adalah padamnya sejumlah lampu penerangan. "Semenjak ada mobil-mobil besar lewat, lampu sering padam akibat kabel putus. Mungkin terkena sambaran ketinggian mobil," ucap Ulin.