Air Mata Ribuan Umat Muslim Iringi Prosesi Pemakaman KH Abdur Rahman

Air Mata Ribuan Umat Muslim Iringi Prosesi Pemakaman KH Abdur Rahman Ribuan jamaah menyaksikan prosesi pemakaman almaghfurlah KH. Abd. Rahman Yahya, seraya berdoa dan bertalqin, Jumat (4/5). Foto: IWAN I/BANGSAONLINE

KOTA MALANG, BANGSAONLINE.com - Ribuan petakziah meneteskan air mata usai mengikuti salat jenazah almaghfurlah Romo KH. Abdur Rahman Yahya, pengasuh Ponpes Miftahul Huda (pondok gading), sekaligus mursyid thoriqoh Qodiriyah wan Naqsabandiyah, Jumat (4/5) sekitar pukul 01.45 dini hari.

"Umat muslim merasa kehilangan sekali akan sosok yang sangat santun, tawaddu' dan alim sekali. Beliau merupakan pengasuh pondok gading generasi ke-6, sejak 1990 an hingga dipanggil Allah SWT," jelas Gus Sulthon Ketua MUI Kota Malang.

Gus Sulthon menceritakan detik-detik sebelum almarhum dipanggil sang Khaliq, yakni sempat memenuhi undangan dari KH. Husain Ilyas Pacet, Mojokerto.

"Sepulang dari acara undangan KH. Husain Ilyas, kondisi mengalami kecapekan dan sempat ngedrop sehingga langsung dilarikan ke RS. Hospital Persada Araya. Dalam diagnosa dokter di RS. Hospital Persada, almaghfurlah KH. Abd. Rahman kena serangan jantung. Dirawat selama 10 hari di Hospital dan akhirnya dirujuk ke RS. Saiful Anwar oleh pihak keluarga," terang Gus Sulthon yang juga keponakan dari almaghfurlah KH. Abd. Rahman.

KH Abdur Rahman wafat di usia 73 tahun lahir di tahun 1945. Beliau Meninggalkan seorang istri dan 6 putra putri. Tiga anaknya sudah berumah tangga, sedangkan tiga lainnya masih sekolah mondok di Pasuruan.

Putra pertama almaghfurlah KH. Abd. Rahman Muhammad Mubarok Nuzulul Huda (29), mengaku sangat kehilangan sosok almaghfurlah.

''Kami sekeluarga sangat merasa kehilangan sosok beliau sebagai orang tua, guru, mursyid, serta imam di rumah tangga, sekaligus panutan banyak santri," ujar Ulul, sapaan Muhammad Mubarok Nuzulul Huda, 

Ketua Syuriah PWNU Jawa Timur KH. Marzuki Musytamar merasakan ketawaduan luar biasa sosok KH Abd Rahman. 

"Sungguh alim, ikhlas, tawaddu' dan santun sekali ke semua orang. Jika orang muda bersilaturahmi ke yang tua, satu hal yang lumrah. Namun beliau berkenan pinarak ke saya yang lebih muda. Dan satu lagi adalah santri beliau diperintahkan tabarukan ke pondok saya," kenang KH. Marzuki.

Hadir bersama rombongan pentakziah, Ketua MUI Kota Malang Baidhowi, Ketua PCNU Kota Malang KH. Isroqunnajah, Sutiaji Cawali Kota Malang plus santri pondok gading, Dua orang Cawawali yakni Wanedi dan Syamsul Mahmud. (iwa/thu/ian)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO