Menelusuri Jejak Kampung Religi di Surabaya (19): Radio Yasmara Istiqomah Tegakkan Aswaja

Menelusuri Jejak Kampung Religi di Surabaya (19): Radio Yasmara Istiqomah Tegakkan Aswaja Ahmad Alhadi sedang beraksi di ruang siaran (kanan) Radio Yasmara, sedangkan Sutrisno sedang bersiap mengumandangkan adzan di ruang adzan Masjid Rahmat.

Hampir semua acara yang digelar Masjid Rahmat disiarkan oleh Yasmara, seperti kuliah Shubuh yang istiqomah digelar setiap hari itu, terutama saat mengumandangkan adzan. Jika mendengar ada yang mengatakan imsak kurang sepuluh menit yang menemani waktu sahur, itu adalah suara dari Muadzin Masjid Rahmat, yang diikuti oleh semua masjid.

Menjadi penentu waktu salat wajib semua masjid di Surabaya dan Jatim, juga memiliki risiko tersendiri. Pernah suatu ketika terjadi listrik mati sehingga masjid-masjid kebingungan semua lalu menelepon Masjid Rahmat. Untuk antisipasi listrik mati, Masjid Rahmat sudah mempersiapkan sebuah genset berkekuatan sebesar 5000 watt.

Ketepatan waktu salat yang dimiliki Masjid Rahmat ini ternyata bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, karena penentuan waktu juga didapatkan dari BMG Juanda lalu dikolaborasikan dengan Telkom. “Setiap hari selalu update dengan saluran 103 milik Telkom untuk menanyakan tentang jadwal waktu. Masjid Rahmat mempunyai jadwal lalu diupdate melalui penerangan 103 itu,” tutur Sutrisno, petugas penjaga waktu salat sekaligus Muadzin Masjid Rahmat ini.

Keistiqomahan Yasmara dalam menunjang syiar Masjid Rahmat ini membuahkan hasilnya. Belum lama ini, para Pengurus Masjid Rahmat dipanggil untuk menerima penghargaan dari PWNU Jawa Timur melalui Konferensi NU di Nglebo, tepatnya di Ponpes Bumi Shalawat milik KH Ali Mashury (Gus Ali).

“PWNU Jatim memberikan award kepada Yasmara itu dengan pertimbangan, meski bukan banom (badan otonom) milik NU, Yasmara termasuk penegak Aswaja yang istiqomah se-Jawa Timur sehingga layak mendapat award tersebut,” tutur Mansyur.

Selain di bidang keagamaan, Masjid Rahmat Kembang Kuning juga berhasil merintis bidang pendidikan. Hal ini dbuktikan dengan berdirinya sekolah SD Rahmat yang awal berdirinya dari gedek, besek bamboo, dinding dari anyaman bamboo pada tahun 1980-an. Semakin hari semakin banyak muridnya dan semakin kelihatan hasilnya.

“Sementara ini sekolah yang ada di Yayasan Masjid Rahmat yakni SD dan SMP Rahmat dengan total murid sebanyak 650 siswa,” tandas Mansyur yang juga menjabat sebagai Kepala Sekolah SMP Rahmat ini. (ian/lan/bersambung) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO