Menelusuri Jejak Kampung Religi di Surabaya (16): Filosofi Semanggi Suroboyo Ikon Masjid Rahmat

Menelusuri Jejak Kampung Religi di Surabaya (16): Filosofi Semanggi Suroboyo Ikon Masjid Rahmat Pintu Gerbang Masjid Rahmat Kembang Kuning Surabaya yang sengaja dibentuk menyerupai daun semanggi yang memiliki filosofi tersendiri. foto: YUDI/ BANGSAONLINE

Menginjak tahun 1965 ada pertemuan yang digelar di IAIN (UINSA sekarang) dengan mendatangkan Menteri Agama Prof KH Saifuddin Zuhri, serta tokoh-tokoh Kampung Kembang Kuning, khususnya Masjid Rahmat. Mereka lalu menyampaikan kepada bapak menteri bahwasanya di Kembang Kuning ada sebuah tanah bekas langgar Sunan Ampel.

Masyarakat akan membangun sebuah masjid yang di dalamnya ada bekas langgar tiban yang diyakini dibangun oleh Sunan Ampel dan mertuanya (Mbah Karimah Wiroseroyo). Tidak membutuhkan waktu yang lama, menteri agama pun langsung menyetujui pembangunan Masjid Rahmat itu.

Maka dibangunlah Masjid Rahmat seperti sekarang ini dengan ikon pintu-pintu masjid berbentuk Semanggi sesuai dengan ciri khas Kota Surabaya, yakni Semanggi Suroboyo. “Semanggi yang memiliki lima ruas daun itu merupakan ikon Masjid Rahmat hingga lahir lagu semanggi suroboyo itu,” ungkap Mansyur.

“Ada filosofi yang ada di dalam pemilihan daun semanggi sebagai ikon Masjid Rahmat. Rukun Islam ada lima, sila Pancasila ada lima, salat lima waktu, yang tersirat di daun semanggi yang memiliki lima ruas itu,” jelasnya.

Letak langgar tiban diyakini berada di sebelah utara Masjid Rahmat, tepatnya pas di pintu sisi kanan masjid yang ada relief di dinding gambaran langgar tiban saat itu. (ian/lan/bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO