Survei: 61.4% Belum Tentukan Pilihan, 41% Toleran Politik Uang, Elektabilitas Cagub Jatim Rendah

Survei: 61.4% Belum Tentukan Pilihan, 41% Toleran Politik Uang, Elektabilitas Cagub Jatim Rendah Ilustrasi: Peneliti Indikator Politik Indonesia dalam suatu acara di Jakarta.

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Ada temuan menarik tentang pemilihan Gubernur Jawa Timur yang akan berlangsung pada 2018. Ternyata mayoritas warga Jawa Timur belum tahu kalau bakal ada suksesi kepemimpinan di Jawa Timur.

”Baru sekitar 43 persen warga Jatim yang sudah tahu akan ada pilgub Jatim 2018,” kata Hendro Prasetyo, peneliti Indikator Politik Indonesia saat merilis hasil penelitiannya di Rumah Makan Dapur Desa Jalan Basuki Rakhmat Surabaya, Minggu (11/6/2017).

Saat merilis hasil survei ini, Indikator Politik Indonesia mengundang Ketua Lembaga Pemenangan Pemilu DPW PKB Jatim Thoriqul Haq, Sekretaris DPW Partai Gerindra Jatim Anwar Sadad dan Sekretaris DPD PDI Perjuangan Jatim Sri Untari sebagai pembicara.

Menurut dia, sebanyak 61,4 persen warga Jatim belum menentukan pilihan. Bahkan semua calon gubernur masih sangat rendah tingkat keterpilihannya. Saifullah Yusuf (Gus Ipul) yang selama ini gegap gempita di media massa ternyata cuma sekitar 13,1 persen, Tri Rismaharini 9,7 persen, Khofifah 5,8 persen. Sedang nama-nama lain di bawah 2 persen.

Hasil survei Indikator Politik Indonesia ini juga menyebut elektabilitas Soekarwo cuma 3,4 persen. Ini berbeda dengan hasil lembaga-lembaga survei lainnya yang selalu menempatkan nama Pakde Karwo – panggilan akrabnya – rata-rata di atas 50 persen.

"Dalam simulasi semi terbuka dengan 24 daftar nama calon, Gus Ipul masih unggul dengan 23,6 persen, Risma 19,2 persen, Khofifah 15,7 persen, AHY 3,4 persen dan Azwar Anas 3,2 persen. Nama-nama lain dukungannya kurang 2 persen. Massa mengambang 25,1 persen," tegas Hendro yang jebolan McGill University, Canada yang punya keahlian di bidang sosiologi politik, demokrasi, hak-hak asasi manusia, kebijakan publik ini.

Menurut dia, selisih dukungan pada tiga besar nama Gus Ipul, Risma dan Khofifah, sekitar 4 persen. Ia mengungkapkan, jika dalam pilgub nanti yang bersaing empat nama, dukungan pada tiga nama teratas menguat dengan selisih yang relatif konstan.

Sebaliknya, jika yang bersaing hanya tiga nama, Gus Ipul mendapat 32,5 persen, Risma 24,0 persen dan Khofifah 19,8 persen. Artinya, dukungan terhdap masing-masing kandidat masih cair.

Survei tentang peta kekuatan kandidat yang berpeluang bertarung di Pilgub Jawa Timur 2018 ini
dilakukan di seluruh daerah di Jawa Timur. Warga yang disurvei yang memiliki hak pilih, umur mulai 17 tahun hingga yang sudah menikah.

Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka. Quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara random sebesar 20 persen dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check).
"Bila Pilkada Jatim ini dilaksanakan pada saat ini, maka ada tiga nama yang elektabilitasnya cukup menonjol yakni Wagub Saifullah Yusuf (Gus Ipul), Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dan Mensos Khofifah Indar Parawansa, " kata Hendro Prasetyo.

Ia mengatakan, selisih posisi ketiga nama tokoh teratas Jatim itu masih dalam batas toleransi kesalahan atau margin of error (MoE) survei yakni sekitar 3,5 persen. "Ketiga nama itu bisa disebut masih kurang lebih sama, karena situasinya masih cair dan selisih perolehan angka satu dengan yang lain juga tidak signifikan secara statistik," terangnya.

Dilihat dari sisi popularitas, Khofifah dan Gus Ipul bisa disebut tokoh paling populer di Jawa Timur. Masing-masing sudah dikenal yakni 74 persen dan 72 persen.
Menurut dia,selain paling populer, tingkat kedisukaiaan Khofifah dan Gus Ipul juga sangat tinggi. Lebih dari 80 persen yang mengenal masing-masing nama juga menyukainya.
Risma juga memiliki tingkat kedisukaan setara dengan kedua tokoh, Khofifah dan Gus Ipul.

Hasil survey ini menyebutkan bahwa warga Jatim menginginkan pemimpin yang jujur atau bersih dari korupsi, disamping peduli pada rakyat.

Ia juga menegaskan bahwa warga yang toleran terhadap politik uang tampak sangat banyak, sekitar 41 persen dari total pemilih. Dari sekitar 38 persen dari yang toleran pilihannya bisa dipengaruhi oleh pemberian uang atau hadiah atau sekitar 15-16 persen dari total pemilih Jatim, sangat besar.

Ia menuturkan, survei ini menggunakan metode multistage random sampling. Menurut dia,survei ini memiliki toleransi kesalahan (margin of error) sekitar 3,5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Menurut Hendro, sampel survei Indikator Politik Indonesia dalam pemetaan ini sebanyak 819 orang dan itu dilakukan pada 3-7 Mei 2017.

Dia juga menjelaskan, survei ini dilakukan untuk mengetahui peta peluang para tokoh menjelang pemilukada provinsi Jatim 2018. (tim)