Sikapi Surat Dari 21 Kiai, DPW PKB Jatim Tabayyun ke Kiai Sepuh

Sikapi Surat Dari 21 Kiai, DPW PKB Jatim Tabayyun ke Kiai Sepuh Ketua DPW PKB Jatim, Abdul Halim Iskandar memberi keterangan pers terkait surat dari kiai sepuh yang dialamatkan pada dirinya. foto: M. DIDI ROSADI/ BANGSAONLINE

Sementara itu Sekretaris DPW PKB Baddrut Tamam, mengaku surat tersebut sebenarnya adalah surat biasa untuk partainya. Bukanlah hal yang perlu disikapi dengan berlebihan.

"Apa lebihnya? saya rasa ini surat biasa saja. Kalau kiai NU berkirim surat seperti itu kan biasa," ungkap Badrut. Namun demikian agar tidak salah tafsir, sekaligus sebagai rasa hormat, maka pihaknya akan melakukan tabayyun.

Diberitakan sebelumnya, beredar bocoran surat keputusan hasil pertemuan 21 kiai sepuh Nahdlatul Ulama (NU) untuk Ketua DPW Halim Iskandar. Surat tersebut berisi lima poin keputusan yang intinya agar dalam Pilgub Jatim 2018 suara nahdliyin tidak terpecah.

Hal ini pun menciptakan tanda tanya besar tentang tokoh yang mendapat restu, karena di surat tersebut tidak menyebut nama. Sementara para tokoh dari keder NU yang muncul juga banyak. Di antaranya Saifullah Yusuf (Gus Ipul), Khofifah Indar Parawansa, Halim Iskandar, Hasan Aminudin, dan beberapa nama lainnya.

pengamat politik Andri Arianto menilai surat tersebut merupakan upaya tabayyun politik antara NU dengan PKB. Hasil pertemuan para kiai sepuh ini diharapkan mampu membuat hubungan NU dan PKB semakin harmonis dalam Pilgub Jatim.

"Bisa jadi surat itu ditujukan tabayyun politik antara NU dan PKB. Sehingga relasi poltik NU PKB semakin harmonis. Suyoto Bojonegoro misalnya. Kader Muhammadiyah yang aktif dan menjabat bupati, juga selalu melakukan tabayyun politik relasi dengan PAN dan Muhammadiyah," tutur dosen politik Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel ini.

Lebih lanjut dikatakan, mau tidak mau atau suka tidak suka calon gubernur yang beredar sekarang banyak dari kalangan Nahdliyin. "Artinya, kader NU masih menjadi favorit dan memiliki popularitas tinggi. Terlebih Kader NU asli Jatim," imbuh dia.

Meski demikian, menurut Andri, posisi itu memunculkan kontradiksi dilematis, apakah NU harus satu suara atau justru berbangga hati karena semua kadernya potensial. "Saya mengatakan bahwa semua kader NU kedepan yang mencalonkan diri pasti sowan ke para kiai. Namun keputusan untuk satu pilihan NU harus dipertimbangkan, apakah tidak memunculkan potensi konflik?" pungkas eksponen aktivis’98 ini. (mdr/rev)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO