Tafsir Al-Nahl 112: Pemimpin Muslim Itu Nikmat Allah, Janganlah Dikufuri

Tafsir Al-Nahl 112: Pemimpin Muslim Itu Nikmat Allah, Janganlah Dikufuri ilustrasi

Oleh: Dr. KHA Musta'in Syafi'ie MAg. . .   

Wadharaba allaahu matsalan qaryatan kaanat aaminatan muthma-innatan ya/tiihaa rizquhaa raghadan min kulli makaanin fakafarat bi-an’umi allaahi fa-adzaaqahaa allaahu libaasa aljuu’i waalkhawfi bimaa kaanuu yashna’uuna (112).

Al-Qurtuby, belum berkomentar apa-apa pada ayat ini sudah menyatakan, bahwa ayat ini punya kaitan erat dengan kejahatan orang-orang kafir Qurais yang tidak henti-hentinya menjahati Nabi dan para sahabat. Tercatat beberapa suku yang teramat jahat, di antaranya adalah suku Mudlar. Suku Mudlar inlah yang dikutuk Nabi, dido'akan agar dilanda kelaparan.

"Allahum usydud wath'atak 'ala mudlar wa ij'alha 'alaihim sinin kasiniy Yusuf". Ya Tuhan, timpakan kedigdayaan-Mu atas suku Mudlar. Azab mereka dengan kelaparan berkepanjangan seperti yang terjadi era Yusuf dulu". Era nabi Yusuf dulu pernah terjadi paceklik selama tujuh tahun, setelah panen raya tujuh tahun.

Setelah kutukan Nabi itu, keadaan berangsur berubah melanda suku Mudlar. Mulai gagal panen, dagang merugi, ternak mati, kekeringan dan seterusnya hingga mereka kelaparan dan benar-benar kelaparan. Diriwayatkan, ada sebagian penduduk hingga pernah makan tulang.

Keadaan begitu menghimpit dan menyengsarakan. Nabi dikabari soal penderitaan suku Mudlar akibat kutukan beliau. Nabi mulia itu mengumpulkan banyak makanan dan datang menemui mereka, kemudian dibagi-bagikan hingga cukup mengganjal perut beberapa waktu. Lalu keadaan berangsur-angsur kembali normal setelah Rasulullah SAW belas kasihan kepada mereka.

Rupanya tidak hanya suku Mudlar saja yang pernah dikutuk Nabi, suku Dzakwan juga. Tidak hanya sukunya, bahkan beberapa personal juga pernah dikutuk, juga divinif hukuman mati. Itu artinya, sebagai seorang muslim memang wajib mengedepankan sikap rahmat, sikap inklusif and nyemanak kepada sesama, tanpa pandang agamanya apa dan dari suku mana. Itu semua dengan cacatan jika mereka juga ramah dan berbaik-baik dengan kita.

Tapi jika mereka menjahati dan hampir bisa dipastikan menjahati jika mereka berkuasa dan leluasa, maka kita tidak boleh terus menerus bersikap toleran, memaklumi dan memaaf. Kita mengerti, betapa Nabi adalah pribadi pemaaf, toleran, inklusif, tapi semua dilakukan secara tepat dan proporsional.

Doa beliau saat dijahati, lazimnya adalah doa memaaf dan memohonkan hidayah. "allahum ihdi qamy fainnahum la ya'lamun". "Ya Tuhan, beri hidayah kaumku, sesungguhnya mereka itu tidak mengerti. Tidak mengerti kalau aku ini benar-benar utuusan-Mu yang membimbing ke jalan keselamatan".

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO