Ibu-Ibu di Mojokerto Menjerit Harga Cabai Melangit

Ibu-Ibu di Mojokerto Menjerit Harga Cabai Melangit

Dengan kondisi seperti ini, konsumen yang beli cabai juga berkurang. Jika sebelum kenaikan, rata-rata pembeli beli setengah kg, maka sekarang hanya satu ons saja. Tak hanya itu saja, berkurangnya pembeli juga membuat omzetnya turun hingga 60 persen. "Saya biasanya jual 20 kg langsung habis. Lha ini, saya jual 10 kg gak habis-habis. Harganya gila-gilaan, melebihi harga daging sapi," katanya.

Hal serupa juga dialami Indayati (38), warga Kecamatan Gedeg Kabupaten Mojokerto. Pedagang sayur ini mengeluh karena harga cabai rawit sudah Rp 140 ribu per kg. "Ini sudah hampir seminggu ada kenaikan seperti ini. Sebelumnya fluktuatif, rata-rata Rp 60-70 ribu per kg," ujarnya.

Dia mengaku mengambil cabai rawit dari Sulawesi untuk mengurangi lonjakan harga. Namun karena banyak daerah yang kena banjir, maka lonjakan harga tak terelakkan. "Pembeli juga berkurang jauh atau separuh dari sebelum kenaikan itu," tambahnya.

Dari data Disperindag Kota Mojokerto, harga cabai rawit terus meroket hingga saat ini. Harga Rp. 140 ribu per kg itu melebihi harga daging sapi yang dihargai Rp 110 ribu per kg, baik di Pasar Tanjung Anyar dan Pasar Prajurit Kulon.

Sementara itu, Kepala Disperindag Kota Mojokerto, Ruby Hartoyo menambahkan, lonjakan harga itu murni karena gagal panen dan hama tanaman. "Makanya selain hasilnya sedikit, sebagian cabai juga busuk," ujarnya.

Adapun untuk antisipasi lonjakan harga, dia tak bisa berbuat apa-apa karena harus berkoordinasi dengan Disperindag Jatim. Jikapun bisa, maka itu dalam bentuk bagi-bagi bibit cabai ke petani, dan ini tetap harus koordinasi dengan Disperindag Jatim. "Ini akan bagi-bagi bibit cabai. Diharapkan pada Maret nanti bisa panen dan harga cabai bisa turun," pungkasnya. (ris/rev)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Jelang Ramadan, Harga Cabai di Pasar Tradisional Kota Pasuruan Meroket':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO