Bojonegoro, Dulu Kabupaten Termiskin, Kini Pertumbuhan Ekonominya Tertinggi

Bojonegoro, Dulu Kabupaten Termiskin, Kini Pertumbuhan Ekonominya Tertinggi Drs Suyoto MSi, Bupati Bojonegoro.

BOJONEGORO, BANGSAONLINE.com - Kabupaten seluas 2.307,06 kilometer persegi dengan 28 kecamatan, 11 kelurahan dan 419 desa itu, terus tumbuh menjadi wilayah strategis. Potensinya, juga istimewa. Mulai dari sektor pertambangan, pertanian, serta sejumlah sektor lainnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bojonegoro selama 2015, menduduki peringkat tertinggi di Jawa Timur dengan angka 12 persen. Bahkan pertumbuhan ekonomi Bojonegoro ini melebihi pertumbuhan ekonomi Jatim, bahkan nasional sekalipun.

Di periode itu, pertumbuhan ekonomi Jatim, hanya tumbuh 6,5 persen . Sedangkan nasional, tercatat 6,17 persen. Dari berbagai sektor, pertambangan masih memberi kontribusi terbesar. Blok Cepu misalnya. Versi Bank Idonesia, dari sektor ini saja, mampu menopang hingga 20 persen. Disusul sektor lainnya, seperti perdagangan, jasa, dan pertanian.

Belum lagi dari sisi pertumbuhan investasinya. Memang, tingginya pertumbuhan ekonomi di Bojonegoro, karena tersedianya sumber alam. Yang juga tak kalah penting, komitmen kuat dari kepala daerah.

Secara umum, sektor migas masih menjadi primadona bagi Bojonegoro. Namun sang bupati, Drs Suyoto MSi, tak mau terlena. Pria yang lebih akrab dengan sapaan Kang Yoto ini, terus mendongkrak pertumbuhan di sektor non migas, seperti; agro industri, industri dan sektor jasa. Hasilnya? “Alhamdulillah, tahun 2015 lalu sektor non migas tumbuh 5,9, di atas rata rata nasional maupun Jawa Timur," ujarnya menanggapi capaian itu.

Banyak kalangan menilai, bupati dua periode ini, piawai dalam melakukan pemerataan, terutama mengentas kemiskinan. Dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi ini, kemiskinan Bojonegoro turun. Tahun 2008 lalu, Bojonegoro yang di era kolonial menjadi daerah endemic poverty --- isitilah Pander sejarawan Australia yang menulis buku soal Bojonegoro--- dengan kemiskinan lebih dari 28 persen, tahun 2015 sudah berkurang lebih dari 50 persen. "Sementara indeks rasio, sekitar 0,24. Ini menunjukkan terjadi pemerataan kesejahtaraan rakyat," tegas Kang Yoto.

Menurut dia, ada beberapa strategi yang menjadi kunci kebijakan untuk mengantar capaian ini. Yakni bagaimana sektor migas membawa dampak eksplorasi dan eksploitasi migas di Bojonegoro pada kesejahtaraan rakyat. Caranya dengan optimalisasi potensi lokal, baik tenaga kerja, barang maupun kesempatan bisnis bagi pengusaha lokal. Ini ditunjukkan dengan penerbitan Perda 23 tahun 2011 tentang optimalisasi potensi lokal..

Selanjutnya, kata Kang Yoto, memastikan semua pendapatan migas hanya untuk belanja yang akan berdampak pada pertumbuhan berkelanjutan, yaitu penguatan sumber daya manusia (SDM), infrastruktur yang relevan bagi pertumbuhan pembangunan dan penguatan fiskal dalam jangka panjang. "Di dalamnya ada investasi sektor keuangan, dan pembentukan dana abadi," ucap Kang Yoto.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO