9 Pabrik Gula di Jatim akan Ditutup, Ada Investor Asing yang Mau Masuk

9 Pabrik Gula di Jatim akan Ditutup, Ada Investor Asing yang Mau Masuk Aktivitas di salah satu Pabrik Gula di Jawa Timur.

Menurut Syukur, dari target penambahan luas tanam tebu 700.000 hektare, pihaknya sudah memetakan lahan-lahan potensial untuk dijadikan perkebunan tebu. Meliputi Hutan Produksi (HP) seluas 227.812 hektar di Jawa, dan 724.716 hektar di luar Jawa. Ditambah Hutan Produksi Konversi (HPK) seluas 103.206 hektar, serta Areal Penggunaan Lain (APL) seluas 1,24 juta hektar.

Perlu diketahui, saat ini produksi gula domestik baru 2 juta ton, sementara kebutuhan nasional mencapai 6 juta ton per tahun, baik gula konsumsi maupun gula rafinasi. Artinya sebanyak 4 juta masih harus diimpor.

Sebelumnya, kebijakan pemerintah pusat melalui Kementerian BUMN dan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) yang menutup sembilan (PG) di Jatim pada Tahun 2017 banyak menuai komentar miring. Pasalnya, kebijakan tersebut mengabaikan kepentingan rakyat.

Padahal, ujar Anggota Komisi B DPRD Jatim, Subianto, salah satu fungsi negara dan pemerintah (BUMN) adalah harus hadir ketika rakyat sedang membutuhkan.

"Ini semakin menguatkan dugaan kalau negera ini berubah menjadi liberal karena mengedepankan kepentingan pemerintah dibanding rakyatnya," tegas Anggota Komisi B DPRD Jatim, Subianto, usai sidak di PG Meritjan Kediri beberapa hari berselang seperti dilansir Jatimtimes.

Menurut Subianto, penutupan sembilan PG di Jatim otomatis akan mengurangi produktivitas gula hingga 120-140 ribu ton.

Padahal dari tahun ke tahun produksi gula di Jatim terus menurun, dari 1,26 juta ton di tahun 2014 turun menjadi 1,20 juta ton pada tahun 2015 dan turun lagi menjadi 1,01 juta ton pada 2016.

"Kalau 9 PG jadi tutup maka produksi gula Jatim tinggal sekitar 800 ribu ton sehingga sumbangsih gula Jatim terhadap kebutuhan gula nasional juga turun dari 40% menjadi 30%," ungkap politisi asal Partai Demokrat tersebut.

Dampak lainnya, luasan areal tanaman tebu juga akan berkurang karena petani tebu di sekitar PG yang ditutup akan beralih ke komoditas lain. Padahal dari tahun ke tahun luasan areal tebu di Jatim juga terus berkurang.

"Masyarakat enggan menanam tebu karena nilai ekonomisnya terus menurun akibat PG tak melakukan revitalisasi mesin sehingga rendemen tebu juga turun," dalih Subianto.

Politisi asal Kediri, secara prinsip petani tebu di daerah Kediri menolak penutupan PG Meritjan karena biaya yang akan ditanggung petani menjadi semakin tinggi dan tidak ada jaminan petani makin sejahtera.

Karyawan di PG Meritjan yang berjumlah 15 ribu orang, lanjut Subianto juga tetap berharap giling (produksi). Mengingat, jika pabrik ditutup otomatis mereka akan menganggur.

"Kalau setiap pekerja itu memiliki tanggungan 5 orang dalam keluarganya maka akan ada 75 ribu orang yang hidupnya akan merana," katanya. (mdr/indopos.co.id/detik.com)

Sumber: (mdr/indopos.co.id/detik.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO