Oleh: Dr. KHA Musta'in Syafi'ie MAg. . .
BANGSAONLINE.com - Innahu laysa lahu sulthaanun ‘alaa alladziina aamanuu wa’alaa rabbihim yatawakkaluuna. Innamaa sulthaanuhu ‘alaa alladziina yatawallawnahu waalladziina hum bihi musyrikuuna.
BACA JUGA:
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Abu Bakar R.A., Khalifah yang Rela Habiskan Hartanya untuk Sedekah
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Momen Nabi Musa Berkata Lembut dan Keras kepada Fir'aun
- Tafsir Al-Anbiya 48-50: Fir'aun Ngaku Tuhan, Tapi Tak Mampu Melawan Ajalnya Sendiri
- Tafsir Al-Anbiya' 41-43: Arnoud Van Doorn, Petinggi Partai Anti-Islam yang Justru Mualaf
Ayat studi ini (99-100) memang luas sekali cakupannya, karena menyangkut kiprah syetan dalam menyesatkan umat manusia. Kata kuncinya ada pada kata "sulthan", kekuasaan, di mana dengan kekuasaan yang begitu hebat dan ditunjang pengalaman jutaan tahun menggoda umat manusia, tentu syetan kaya referensi. Ya, tapi semua itu tak berdaya apa-apa bagi orang beriman.
Syetan tidak pernah kehabisan akal soal goda-menggoda. Demi menyelamatkan hamba-Nya yang terkasih, Tuhan mengajari agar segera berlindung kepada Pemilik jagad raya ini, Allah SWT. Al-Qurthuby menurunkan dialog indah soal tehnik menghentikan aksi syetan.
Seorang guru sufi bertanya kepada muridnya: Andai syetan datang menggoda kamu beribadah, apa yang kamu lakukan?
Murid: Akan saya lawan
Guru: Jika dia balik lagi?
Murid: Akan saya lawan
Guru: Jika masih datang lagi?
Murid: Terus saya lawan habis-habisan
Guru: Jika kamu menggembala kambing dan hendak menyebrangkan, tapi anjing galak menghadang jalanmu, apa yang kamu lakukan?