Tempat Huni Mirip Kandang Kambing, Dinsos Surabaya Malah Putus Bantuan Panti Asuhan Al Mu’min

Tempat Huni Mirip Kandang Kambing, Dinsos Surabaya Malah Putus Bantuan Panti Asuhan Al Mu’min Abah Shomad dan anak yatim piatu yang menjadi asuhannya.

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Panti Asuhan Yatim Piatu Al Mu’min Surabaya sejatinya didirikan sudah sejak tahun 1994. Bahkan sudah tercatat di Dinas Sosial (Dinsos) Kota Surabaya. Namun, untuk mencukupi kebutuhan sekitar 33 anak yatim piatu ternyata terseok-seok. Bahkan Dinsos Surabaya yang biasanya membantu, sejak empat tahun lalu memutus bantuan.

“Panti asuhan ini bukan tergolong baru, jadi sudah terdaftar di Dinsos kota Surabaya dan Dinsos Jatim,” ujar HR Abdus Shomad Suryanto, pendiri panti asuhan yang akrab dipanggil Abah Shomad mengawali kisahnya kepada BANGSAONLINE.com dan HARIAN BANGSA.

Abah Shomad menuturkan, pada tahun 1994 dia membesarkan panti asuhan tersebut hanya dengan istrinya. Panti asuhan ini adalah satu-satunya panti yang mengasuh anak baru lahir. Hingga saat ini ada sekitar 33 anak yang masih ada di panti tersebut.

Abah Shomad dan istri bertekad, semua anak-anak panti asuhan nantinya minimal harus menyelesaikan pendidikan tingkat SMA atau sederajat. Namun, untuk mengasuh jumlah anak asuhan yang terus bertambah kala itu, tidak mungkin mereka terus memenuhinya secara swadaya. Mereka pun mulai mengajukan proposal kepada instansi terkait di pemerintahan, salah satunya adalah ke Dinsos Surabaya.

“Sayangnya sudah empat tahun terakhir Dinsos tidak pernah membantu lagi, barang kali dialihkan pada panti lain yang lebih membutuhkan,” ujar Abah Shomad saat ditemui di pantinya jalan Wisma Lidah Kulon Blok B-125 Lakarsantri Surabaya.

Meski demikian, Abah Shomad mengatakan, hingga saat ini ada saja biaya hidup anak-anak asuhnya. “Kami juga ada usaha sewa mobil, jadi itu bisa jadi tambahan penghasilan panti,” ungkap dia.

Namun, untuk memberi tempat tinggal yang layak, Abah Shomad mengaku masih prihatin dan memerlukan perjuangan lagi.

Sarana dan prasarana yang kini ditempati sudah sangat memprihatinkan. Bahkan tempat mereka – maaf – mirip kandang kambing.

“Banyak perabot rumah maupun kamar-kamar yang perlu direnovasi sehingga layak huni untuk anak-anak kita, sehingga mereka bisa merasa nyaman,” papar Abah Shomad yang sudah berumur 54 tahun ini sambil menunjukkan ruangan yang perlu diperbaiki.

Terkait biaya sekolah hingga saat ini tidak masalah karena bisa ditempuh dengan gratis. Yang sedang diperjuangkan dan dianggap penting saat ini ialah bagaimana 33 anak tersebut bisa mendapatkan nomor induk kependudukan (NIK). Ini dianggap penting, menurut Abah, karena NIK akan dipakai seumur hidup oleh anak-anak nantinya dan untuk segala keperluan. Dari 33 anak, hingga saat ini tinggal 4 anak yang belum mendapatkan NIK.

“Dulu, saya dan istri bergantian tekun mengurus KSK dan NIK tersebut, tapi istri saya sudah meninggal tahun 2012 lalu. Kalau saya tidak segera mengurus KSK, akte kelahiran dan NIK, jika saya meninggal, siapa yang ngurus? Saya khawatir akan terkatung-katung,” ungkap Abah Shomad didampingi beberapa anak panti.

Berkat ketekunannya, panti asuhan Al Mu’min jadi percontohan masalah pengurusan NIK dan KSK.

Abah Shomad sangat berharap pada masyarakat, baik secara individu, organisasi, lembaga maupun pemerintah berpatisipasi membantu biaya renovasi tempat tinggal anak-anak tersebut. “Saya tidak punya dana tetap, berupa deposito maupun yang lainnya. Kami hanya bisa berharap partisipasi semua pihak,” pungkas Abah Shomad sembari menahan air mata.

Ia sangat berharap pembaca HARIAN BANGSA dan bangsaonline.com terketuk hatinya untuk mendermakan sebagian hartanya untuk anak-anak yatim piatu itu. Ia bahkan secara khusus minta bantuan HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com agar menyebarkan informasi ini.

BANGSAONLINE.com masih berusaha mengkonfirmasi masalah ini kepada Menteri Sosial RI, Khofifah Indarparwansa. (mid/ns)

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO