Tafsir Al-Nahl 90: Lebih Menikmati Ayat Suci Ketimbang Musik Religi

Tafsir Al-Nahl 90: Lebih Menikmati Ayat Suci Ketimbang Musik Religi

Oleh: Dr. KHA Musta'in Syafi'ie MAg. . .   

BANGSAONLINE.com - "Inna allaaha ya'muru bial’adli waal-ihsaani wa-iitaa-i dzii alqurbaa wayanhaa ‘ani alfahsyaa-i waalmunkari waalbaghyi ya’izhukum la’allakum tadzakkaruuna".

Dialah Usman ibn Madh'un, dulunya seorang sastrawan terkenal di zamannya yang berpikir obyektif terhadap setiap kerja kesusateraan. Lalu masuk islam dan tetap menekuni keahliannya sehingga mencapai derajat al-qary', guru besar al-Qur'an. Usman bertutur mengenang masa lalu saat awal kali masuk islam.

"Aku malu kepada Rasulullah SAW (tidak lain karena ayat-ayat al-Qur'an yang turun sungguh memukau dan bernilai sastra amat tinggi). Lalu aku memeluk Islam murni karena malu kepadanya. Perjalanan keislamanku berlangsung menggairahkan dan aku terus mengikuti turunnya wahyu, ayat demi ayat, hingga turulah ayat ini (90).

Ketika ayat ini turun, aku ketemu al-Walid ibn al-Mughirah, tokoh sentral seantero Makkah yang dulu pernah diusung masyarakat dan diharap bisa dipilih Tuhan menjadi nabi akhir zaman. Tapi Tuhan punya keputusan lain. Muhammad anak lelaki Abdullah, cucu Abdul Muttalib yang dipilih. Kepada al-Walid aku bacakan ayat ini. "inn Allah ya'mur bi al-'adl wa al-ihsan ..dst.". Spontan al-Walid terperanjat dan tercengang, lalu meminta aku mengulangi membaca ayat tersebut, "a'id, a'id ya ibn akhi!". Aku menurut dan membaca ulang.

Usai bacaan, al-Walid merunduk dan berkomentar: "Sungguh wahyu yang sangat manis, indah dan bermakna mendalam. Bagai pohon kokoh dengan buah berlimpah-ruah. Sungguh tak kuasa manusia mencipta kata-kata itu".

Lebih lanjut Usman berkomentar, "sejak ayat itu turun, keimananku makin bertambah mantap". Mengapa Usman hingga berkata demikian?

Usman adalah ilmuwan yang sangat memahami bahasa arab dengan baik, sehingga mampu menilai kualitas sastra al-Qur'an. Dilihat dari susunan katanya yang landai, biasa, datar, ternyata enak didengar dan tidak terkesan menggurui. Ayat itu berbicara alami sehingga ringan dipahami, tapi sangat padat arti.

Teknik pengabarannya menggunakan ploting, pertiga point. Tiga kebaikan (adil, ihsan, ita' dzi al-qurba) di antar fi'il mudhari' "ya'mur" berfaidah dawam and istimrar, landai dan kontinyu. Begitu pula plot kedua, berisikan materi kontras berupa tiga keburukan (keji, munkar, jahat) yang juga diantar dengan bentuk mudhara'ah, "yanha ". Dari segi materi, memang kontras, tapi dari isi redaksi sungguh matching. Jadinya, redaksi ayat nampak bak tabrak warna tapi indah.

Lalu, menjadi lebih elegan ketika penutup ayat menambahi dengan bentuk mudhara'ah juga, "ya'idhukum la'allakum tadzakkarun". Tuhan menasehati kalian agar kalian menjadi hamba-Nya yang pandai mengambil pelajaran. Penutup yang santun dan memanusiakan manusia, mengangkat derajat dan memuliakan. Mudah-mudahan kita makin bisa menikmati lantunan ayat-ayat suci al-Qur'an. Telinga lebih mampu menikmati ayat suci ketimbang musik religi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO